Gula merah merupakan gula yang terbuat dari getah atau cairan tanaman tertentu, seperti tebu, aren, maupun kurma yang mengandung rasa manis. Umumnya, gula merah ditemukan di negara-negara Asia, seperti Indonesia, Myanmar, Malaysia, Sri Lanka, Pakistan, hingga Bangladesh.
Selama ini, gula merah diyakini memiliki manfaat yang jauh lebih baik dibandingkan gula putih dikarenakan memiliki angka indeks Glikemik yang relatif rendah sekitar 35. Indeks Glikemik merupakan angka yang menggambarkan dampak makanan tertentu terhadap peningkatan kadar gula darah seseorang.
United States Department of Agriculture (USDA) memperkirakan kebutuhan gula Indonesia pada tahun ini mencapai 6,8 juta ton. Sementara itu, jumlah produksi gula tahunan nasional belum mampu mencukupi kebutuhan gula konsumsi dan gula industri yang masing-masing kisarannya sebesar 3 juta ton per tahun.
Baca Juga: 6 Bulan Merana, Harga CPO Kembali Memesona
Melansir catatan Ketua Umum PERHEPI 2000–2003, Agus Pakpahan dan Dirjen Perkebunan 1998–2003, saat ini diperlukan pola berpikir baru yang out of the box untuk mencukupi kebutuhan gula domestik.
Tidak lagi berpikir tentang mencari lahan sekian juta hektare untuk dikonversi menjadi perkebunan tebu misalnya, tetapi cukup dengan mencari alternatif lain seperti sumber daya biologis yang selama ini dilupakan dan disia-siakan.
Tak hanya tanaman di atas yang dapat menghasilkan gula, tetapi kelapa sawit pun mumpuni untuk menghasilkan produk yang setara. Perbedaannya, terletak pada proses teknik penyadapan nira sawit yang bersumber dari pohon sawit tua yang akan diremajakan.
Jika mengacu pada target program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang saat ini tengah dijalankan pemerintah Indonesia seluas 2,49 juta hektare, percayakah kita pohon sawit yang sudah tua tersebut mampu menghasilkan hingga 10 juta ton gula merah?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: