Seperti Apa Respons WHO saat Kasus Covid-19 Tembus 20 Juta Orang?
Pandemi virus corona baru (Covid-19) menandai tonggak sejarah mengerikan lainnya pada Senin ketika jumlah kasus infeksi global melampaui 20 juta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merespons dengan menyerukan masyarakat internasional tidak putus asa melawan pandemi.
Menurut penghitungan AFP dari sumber resmi, jumlah kasus infeksi hingga Senin malam pukul 22.15 GMT adalah 20.002.577, dengan 733.842 kematian.
Baca Juga: Kasus Corona Global Tembus 20 Juta Orang, Harus Apa Dong?
Dalam tonggak mengejutkan lainnya, jumlah korban meninggal diperkirakan akan melampaui 750.000 dalam hitungan hari karena krisis kesehatan global yang dimulai akhir tahun lalu di China terus berlanjut.
Karena semakin banyak hal yang dulunya tidak terpikirkan menjadi kenyataan pahit—harus memakai masker wajah di tempat-tempat turis di Paris, atau memesan tempat di pantai Copacabana di Rio de Janeiro melalui aplikasi dan kemudian menjaga jarak sosial di atas pasir—WHO mengimbau orang-orang tidak melakukannya dengan putus asa.
"Di balik statistik ini ada banyak rasa sakit dan penderitaan ...Tapi saya ingin menjelaskan: ada tunas hijau harapan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Tidak ada kata terlambat untuk membalikkan wabah," katanya lagi, yang dilansir Selasa (11/8/2020).
Dia memberi contoh negara-negara yang berhasil menekan Covid-19, seperti Rwanda dan Selandia Baru, yang pada Senin mengatakan pihaknya berencana untuk membuka "gelembung perjalanan" bebas virus dengan Cook Islands.
Dengan sebagian besar warga dunia terjebak dalam siklus wabah yang mengecewakan dan penguncian ekonomi yang menghancurkan, semua mata tertuju pada perlombaan untuk mendapatkan vaksin.
Tinjauan WHO mengatakan 165 kandidat vaksin sedang dikerjakan di seluruh dunia, dengan enam di antaranya mencapai Fase 3 uji klinis.
Tetapi Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan memperingatkan bahwa vaksin hanyalah "sebagian dari jawaban", dengan menunjuk polio dan campak sebagai penyakit dengan vaksin yang belum sepenuhnya diberantas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto