Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Komite Taiwan bersama Taipei Economic and Trade Office (TETO) Jakarta menggelar webinar tentang prospek ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Taiwan di era Covid-19, Kamis (27/8/2020).
Bertajuk "Indonesia–Taiwan Economic Webinar 2020: Prospects for Economic and Trade Cooperation between Taiwan and Indonesia in the Era of COVID-19 and Beyond", kegiatan webinar tersebut dibuka oleh Peter Lan selaku Deputy Representative TETO dan S.D. Darmono selaku-Ketua Kadin Indonesia Komite Taiwan.
Baca Juga: Indonesia-China Sepakati Travel Corridor, Apa Itu?
Peter menjelaskan, peluang kerja sama antara Indonesia dengan Taiwan sangat prospektif kendati sedang dalam pandemi Covid-19. Sebab, Indonesia telah menjadi salah satu negara yang termasuk dalam penerapan Kebijakan Baru ke Arah Selatan (New Southbound Policy) yang ditetapkan oleh Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Kadin Indonesia Komite Taiwan, Darmono. Ia menerangkan bahwa Indonesia dan Taiwan sudah punya kerja sama yang baik dalam investasi maupun perdagangan. Hal itu menjadi modal untuk bisa proses penyembuhan ekonomi di masa pandemi maupun pengembangan kedua negara.
Lebih lanjut Darmono menjelaskan bahwa Indonesia dan Taiwan memiliki kelebihan masing-masing yang bila dikolaborasikan bisa memberikan keuntungan bagi kedua negara. Hal yang perlu dilakukan hanya penguatan komunikasi bilateral kedua negara, baik itu pemerintah ke pemerintah (G2G) dan bisnis ke bisnis (B2B).
Sinyal kerja sama yang baik itu sudah terlihat sebenarnya. Dijelaskan Ikmal Lukman selaku Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal bahwa saat ini sudah ada dua perusahaan asal Taiwan yang merelokasi pabriknya ke Indonesia, yaitu Kenda dan Meiloon.
"Meiloon sudah memulai operasionalnya di Kabupaten Subang-Jawa Barat. Sementara, Kenda sedang aktif (proses implementasinya) dengan kita. Kita berharap tahun depan sudah bisa beroperasi," terangnya.
Ikmal menambahkan, saat ini sudah ada 119 perusahaan asing yang berpotensi merelokasi pabriknya ke Indonesia dan 59 di antaranya berasal dari Taiwan. "Kita juga sangat mengapresiasi karena saya dengar banyak perusahaan asal Taiwan yang merelokasi dari China," terangnya.
Zamroni Salim selaku peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menambahkan bahwa kerja sama yang bisa dibangun antara Indonesia dengan Taiwan adalah di sektor kesehatan, mencakup produk dan jasa, seperti baju hazmat, alat kesehatan, bahan kimia dan farmasi–termasuk vaksin.
Sebab, Taiwan memiliki manajemen penanggulangan Covid-19 lebih baik dibanding Indonesia. Tercatat, angka positif di Indonesia sudah mencapai 162.884, sedangkan Taiwan hanya 489 kasus dan saat ini kurva penyebarannya sudah flat.
"Salah satu peluang yang bisa dikembangkan pengusaha Indonesia di Taiwan adalah Care Center karena di Maret 2018, Taiwan sudah masuk aged society atau masyarakat yang sudah tua dengan masyarakat Taiwan yang berumur di atas 65 mencapai 14.05 persen. Pada tahun 2026, diproyeksikan Taiwan masuk kategori super-aged society di mana setidaknya 20 persen masyarakatnya sudah berumur di atas 65 tahun ke atas sehingga peluang pelayanan untuk lansia atau caregiver menjadi penting," urai Kristy Hsu selaku peneliti dari Chung-Hua Institute for Economic Research.
Sementara itu, Shinta Kamdani selaku Vice Chairman Hubungan Internasional Kadin Indonesia, menambahkan bahwa kerja sama yang dikembangkan bisa lebih dari itu. Menurutnya, sektor alat telekomunikasi dan komponennya, R&D service, keamanan IT, dan pengelolaan big data, potensial untuk dikembangkan. Hal itu karena semua aspek tersebut merupakan keunggulan yang dimiliki Taiwan selama ini.
"Namun demikian, diperlukan dukungan kedua negara untuk terlibat aktif. Kemudian, pengaturan preferensial bilateral dalam perdagangan dan investasi," terangnya.
BKPM selaku lembaga yang bertanggung jawab terhadap investasi sudah menyadari hal itu. Oleh karenanya, BKPM membuat terobosan dengan mempermudah proses perizinan. Jika perusahaan ingin mendapat lisensi B, lisensi A harus didapatkan dulu. Namun, saat ini, sudah bisa didapat dengan paralel.
"Kami juga sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah. Jadi, kami sudah bisa menyerap jika ada investor yang mau masuk ke Indonesia. Kejadian dua tahun lalu di mana perusahaan-perusahaan yang merelokasi pabriknya dari China tidak ada satu perusahaan yang datang ke Indonesia menjadi pelajaran. Bagaimana kita bisa berkompetisi dengan Vietnam dan investor mau berinvestasi atau merelokasi pabriknya ke Indonesia," urainya.
Dengan demikian, pungkas Ikmal, diharapkan di masa depan makin banyak investor yang memilih Indonesia sebagai tempat berinvestasi. Bagi para investor Taiwan yang mau berinvestasi di Indonesia bisa melalui BKPM atau juga bisa dibantu oleh ITBC (Indonesia Taiwan Business Council) yang sudah banyak membantu pengusaha Taiwan masuk ke Indonesia. Caranya dengan mengirim email ke [email protected].
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum