Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kecam Nazi, Tapi Israel Tak Berkaca pada Tindakan Sendiri

Kecam Nazi, Tapi Israel Tak Berkaca pada Tindakan Sendiri Kredit Foto: Antara/REUTERS/Mussa Qawasma
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sudah banyak menilai banyak kemiripan penderitaan rakyat Gaza itu dengan kekejaman serupa yang pernah dialami orang-orang Yahudi di Eropa Timur, terutama di Ghetto Warsawa, Polandia, yang saat itu dicaplok Nazi. 

Analogi itu, mencuat pada 2008-2009 silam, ketika Israel —lewat Operasi Cast Lead— membombardir Gaza dan membunuh 1.440 warganya. Saat itu, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat di antara yang terbunuh adalah 431 anak-anak dan 114 perempuan.

Baca Juga: Terkuak Bukti-bukti Israel Kuasai Pasar Senjata Internasional

Adanya kemiripan itu, antara lain disampaikan Profesor William Robinson, sosiolog Universitas California.

“Gaza adalah Warsawanya Israel, sebuah kamp konsentrasi yang luas, yang memenjarakan dan mem blokade orang Palestina, membunuh mereka perlahanlahan dengan kekurangan pangan, penyakit, dan keputusasaan, sebelum kemu dian dibunuh dengan cepat oleh bom-bom Israel. Kita semua menjadi saksi dari sebuah genosida yang berlangsung perlahan-lahan,” katanya dalam email yang dikirimkan kepada para mahasiswanya.

Surat elektronik yang semula dimaksudkan untuk memancing diskusi dengan para mahasiswanya, itu, kemudian menyebar, dan membikin gerah Zionis-Israel dan para pendukungnya.

Sebuah organisasi lobi pro-Israel, Liga Anti-Fitnah (Anti-Defa mation League), mempersoalkan isi email itu dan menuntut Universitas California, Santa Barbara, tempat William mengajar, melakukan investigasi dan memecatnya.

Cukup lama soal ini diproses, dan memancing kontroversi, sampai akhirnya pihak universitas menyatakan itu merupakan bagian dari kebebasan akademik, sehingga tak bisa dituntut.

Gara-gara emailnya yang bikin heboh itu, Prof William akhirnya dicap antisemit, meski dia sendiri seorang Yahudi. Cap antisemit, merupakan cap yang bisa merepotkan di Barat sana. William sendiri mengaku bingung, sebab kritiknya terhadap kebijakan Israel telah dicampuradukkan dengan tuduhan antisemit.

“Itu seperti mengatakan saya adalah anti-Amerika, karena saya mengecam pemerintah AS atas invasinya di Irak. Itu absurd, dan tidak punya basis argumen… saya sendiri adalah Yahudi,” katanya.

Selain disampaikan Prof William, Aljazeera mencatat analogi Gaza dengan Ghetto Warsawa itu mula-mula dimunculkan kalangan blogger, dansejumlah media utama. Gambaran lain yang juga sama buruknya, yaitu membandingkan okupasi Israel dengan apartheid di Afrika Selatan, telah kian banyak diterima masyarakat dunia, ter masuk di Israel sendiri. 

Namun, perbandingan itu terlalu lemah untuk memunculkan gambaran penderitaan rakyat Gaza sesung guhnya. Sehingga, Gaza kemudian disandingkan dengan Ghetto Warsawa, terutama untuk menarik perhatian media Barat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: