Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Renungkan Lagi, Bukan Sawit Penyebab Deforestasi!

Renungkan Lagi, Bukan Sawit Penyebab Deforestasi! Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perlu diluruskan, ditegaskan, dan dicamkan, tuduhan terhadap kelapa sawit sebagai driver utama deforestasi di Indonesia tidaklah benar dan tidak berdasar fakta dan data empiris.

Berawal dari kepentingan tertentu oleh sejumlah LSM antisawit maupun UE melalui konsep ILUC (Indirect Land Use Change) dalam kebijakan RED II, tren isu negatif tersebut makin masif berkembang dan menyentil kedudukan minyak kelapa sawit di pasar global. Konsep tersebut lahir pada 2008 bersamaan dengan Indonesia yang sedang mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga: Sawit Merusak Alam? Baca Dulu Nih Faktanya!

Kesempatan inilah yang pada akhirnya menjadi celah bagi 'mereka' untuk menyerang industri perkebunan kelapa sawit Indonesia. Padahal, Amerika Serikat dan Eropa sudah jauh lebih dulu melakukan deforestasi.

Menepis dan membungkam isu tersebut, berbagai penelitian terkait isu deforestasi kelapa sawit makin banyak bermunculan dengan membawa fakta yang berbanding terbalik dengan tuduhan yang ada. Dalam penelitian Roser (2012), selama periode 1700–1900, laju deforestasi di negara beriklim sedang (temperate region) terjadi secara besar-besaran.

Deforestasi tersebut dimulai dari daratan Eropa hingga ke Amerika Utara dan berbagai negara di sekitarnya. Akibatnya, luas hutan dunia termasuk keragaman biodiversitas mengalami penurunan secara signifikan (deforestasi).

Senada dengan hal tersebut, laporan The Guardian menyebutkan, kadar emisi gas rumah kaca (GRK) karbondioksida di atmosfer bumi cenderung konstan sejak 800 tahun sebelum revolusi industri yakni sebesar 280 ppm. Namun, sejak revolusi industri tahun 2013, kadar karbondioksida di atmosfer bumi meningkat menjadi 40 persen atau menjadi 400 ppm.

Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Prof. Yanto Santosa, mengungkapkan bahwa berdasarkan kajian Komisi Eropa tahun 2013, total deforestasi lahan yang terjadi yakni mencapai 239 juta hektare dengan rincian 58 juta hektare oleh sektor peternakan, 13 juta hektare pembukaan lahan kedelai, dan 8 juta hektare pembukaan lahan jagung. Sementara itu, industri sawit hanya menyumbang 2,5 persen atau sekitar 6 juta hektare dari total deforestasi global.

Tidak hanya itu, Yanto juga menjelaskan bahwa pembukaan lahan sawit berasal dari lahan terbuka, semak belukar, semak rawa, perkebunan karet, dan lain-lain. Dari segi pengurangan emis GRK, biofuel berbasis sawit mampu menandingi batas yang telah ditetapkan Uni Eropa, baik dalam kebijakan RED I yang sebesar 35 persen maupun RED II yang sebesar 65 persen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: