Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahan Banting Lawan Covid-19, Siapa Jawara Farmasi di Indonesia? Bukan Kimia Farma!

Tahan Banting Lawan Covid-19, Siapa Jawara Farmasi di Indonesia? Bukan Kimia Farma! Kredit Foto: Unsplash/Kendal James

4. Kalbe Farma (10,25%)

Pencapaian kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dapat dikatakan sangat positif sepanjang semester pertama tahun 2020. Bagaimana tidak, emiten farmasi ini mengantongi laba bersih sebesar Rp1,39 triliun pada paruh pertama tahun ini. Capaian tersebut melonjak 10,25% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp1,26 triliun. 

Persentase kenaikan laba tercatat lebih tinggi dari kenaikan penjualan yang hanya 3,81% secara tahun ke tahun (yoy). Jika pada Juni 2019 lalu Kalbe Farma membukukan penjualan sebesar Rp11,18 triliun, tahun ini meningkat menjadi Rp11,60 triliun. 

Baca Juga: Kalbe Farma Bentuk Anak Perusahaan Baru, Gelontorkan Modal Sebesar....

Segmen distribusi dan logistik menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Kalbe Farma dengan porsi mencapai 32,4% dari total penjualan. Per Juni 2020, segmen ini mengantongi dana Rp3,75 triliun atau tumbuh 10,1% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,41 triliun. Kontributor berikutnya adalah segmen produk kesehatan yang menyumbang 17,9% dari total penjualan atau setara dengan Rp2,07 triliun, meningkat 6,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Capaian positif juga ditorehkan oleh divisi nutrisi dengan penjualan yang meningkat 2,2% menjadi Rp3,21 triliun. Untuk divisi obat resep, penjualan tumbuh lebih tinggi 4,2% menjadi Rp2,57 triliun pada semester I 2020.

Direktur Keuangan Kalbe Farma, Bernadus Karmin Winata, mengungkapkan bahwa hal ini menjadi capaian yang positif bagi perusahaan ketika perekonomian Indonesia tertekan oleh pandemi Covid-19.

"Walaupun dampak Covid-19 terhadap makroekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun 2020 cukup menantang, Kalbe Farma dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang positif dan stabil," pungkasnya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Rabu, 16 September 2020. 

Ia menambahkan, guna merespons situasi saat ini, Kalbe Farma berkomitmen untuk mempertahankan tingkat laba melalui strategi pengelolaan portofolio produk, efektivitas penjualan dan pemasaran, transformasi pemanfaatan teknologi digital, dan monitoring biaya operasional.

"Dalam mendukung pemerintah dan masyarakat untuk dapat melawan pandemi, Kalbe Farma berkontribusi di dalam menyediakan PCR test untuk rumah sakit rujukan pemerintah, di dalam uji klinis produk herbal Immunomodulator, yaitu H2 (Health and Happiness Cordyceps Militaris) dan Fatigon Promuno serta melakukan uji klinis vaksin Covid-19 di Indonesia, bekerja sama dengan perusahaan dari Korea Selatan, Genexine," sambungnya.

5. Kimia Farma (1,72%)

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebagai perusahaan farmasi BUMN turut menjadi ujung tombak bagi pemerintah dalam menangani virus Covid-19 di Indonesia. Banyak dilibatkan dalam penemuan vaksin dan penyediaan alat kesehatan seperti masker, kinerja keuangan Kimia Farma pun dikut terdongkrak. 

Dalam enam bulan pertama tahun 2020, Kimia Farma membukukan laba bersih sebesar Rp48,57 miliar. Angka tersebut tumbuh 1,72% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp47,75 miliar. Penjualan yang meningkat menjadi penopang utama terhadap capaian laba Kimia Farma. 

Per Juni 2020, penjualan Kimia Farma tumbuh 3,6% dari Rp4,52 triliun menjadi Rp4,69 triliun. Penjualan produk pihak ketika menjadi kontributor terbesar dengan kenaikan 9,12% dari Rp2,82 triliun pada 2019 menjadi Rp3,08 triliun pada 2020. Lebih dari setengah penjualan tersebut disumbang oleh produk obat ethical yang angkanya naik 5,85% dari Rp1,19 triliun menjadi Rp1,26 triliun.

Sementara itu, penjualan produk dari Kimia Farma sendiri tercatat menurun 5,6% dari Rp1,69 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp1,60 triliun pada Juni 2020 ini. Dalam pos tersebut, penjualan obat generik Kimia Farma mengalami lonjakan tinggi, yakni 10,06% menjadi Rp739,12 miliar pada semester I 2020. 

Bersamaan dengan hal itu, keuntungan Kimia Farma harus tertahan oleh beban pokok penjualan yang membengkak 1,04% dari Rp2,86 triliun pada tahun lalu menjadi Rp2,89 triliun pada tahun ini. Beban usaha juga mengalami peningkatan lebih tinggi pada periode tersebut, yakni 4,63% dari Rp1,44 triliun menjadi Rp1,51 triliun. Begitu pun dengan beban keuangan yang peningkatannya mencapai 30,52% menjadi Rp293,2 miliar pada Juni tahun ini.

Beberapa waktu lalu, Direktur Kimia Farma, yakni Verdi Budidarmo, mengamini bahwa produk kesehatan mengalami peningkatan permintaan di tengah pandemi Covid-19. Hal itu pula yang mendongkrak pendapatan dan keuntungan usaha bagi Kimia Farma selama krisis kesehatan melanda sejak awal tahun lalu.

"Covid-19 telah menyebabkan permintaan dan kebutuhan produk kesehatan meningkat sehingga akhirnya turut berdampak terhadap pendapatan Kimia Farma," pungkasnya seperti dilansir dari Kanalkalimantan.com.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: