Dokumen FinCEN secara tiba-tiba menggemparkan dunia perbankan dunia dalam beberapa hari terakhir. Bagaimana tidak, dokumen yang terdiri atas lebih dari 2.657 berkas itu berisi laporan aktivitas transaksi keuangan yang mencurigakan dari nasabah bank di seluruh dunia.
Dokumen tersebut pertama kali diterima oleh BuzzFeed News dari jaringan penegakan kejahatan keuangan di Amerika Serikat (AS), yakni US Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN). Dokumen FinCEN itu pun dibagikan BuzzFeed News kepada Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) dan 400 jurnalis di 88 negara. Tempo, menjadi salah satu media yang menerima dokumen tersebut dari ICIJ.
Baca Juga: Himpunan Bank-bank Milik Negara Buka Suara Soal Kebocoran Dokumen FinCEN
Melalui dokumen tersebut, diketahui bahwa ada sejumlah transaksi mencurigakan yang dilakukan melalui bank-bank besar di seluruh dunia, termasuk di antaranya adalah HSBC, JP Morgan, Bank Barclay, dan Deutsche Bank. Sederet aktivitas mencurigakan yang meliputi transaksi jual beli narkoba, tindak korupsi, perdagangan ilegal, hingga aksi pencucian uang itu pun dicatat dalam laporan yang disebut Suspicious Activity Reports (SAR).
"Dokumen FinCEN adalah informasi tentang apa yang bank ketahui tentang aliran uang kotor di seluruh dunia," kata Fergus Shiel dari Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), dikutip dari BBC, Jakarta, Rabu, 23 September 2020.
Lantas, informasi apa saja yang terungkap melalui dokumen FinCEN ini hingga bisa membuat gempar dunia perbankan internasional? Berikut ini Warta Ekonomi sajikan informasinya yang dihimpun dari berbagai sumber.
1. Mayoritas Transaksi Mencurigakan di Enam Bank Besar di Dunia
Dilansir dari laman BBC, dokumen FinCEN hanya memuat sebaian kecil laporan transaksi mencurigakan (SAR) selama periode tahun 2000 hingga 2017. Meski begitu, nilai transaksi mencurigakan yang terlacak mencapai lebih dari US$2 triliun atau setara dengan Rp29.400 triliun.
Dari ribuan berkas yang ada, sebagian besar menunjukkan transaksi mencurigakan melibatkan setidaknya enam bank raksasa di dunia, yaitu Deutsche Bank sebanyak 982 laporan, Bank of New York Mellon sebanyak 325 laporan, Standard Chartered Bank sebanyak 232 laporan, JPMorgan Chase sebanyak 107 laporan, Barclays sebanyak 104 laporan, dan HSBC sebanyak 73 laporan.
Berikut ini sejumlah temuan besar dari dokumen FinCEN yang dilansir dari BBC.
- HSBC mengizinkan penipu memindahkan jutaan dolar AS uang curian ke seluruh dunia, di mana hal itu terjadi setelah ada pemberitahuan dari penyelidik AS bahwa skema itu adalah tindak penipuan;
- JP Morgan mengizinkan sebuah perusahaan memindahkan lebih dari US$1 miliar melalui rekening London tanpa mengetahui siapa pemiliknya. Bank kemudian menemukan perusahaan itu mungkin dimiliki oleh mafia yang masuk dalam daftar 10 orang paling dicari FBI;
- Barclays Bank di London terbukti digunakan oleh salah satu rekan terdekat Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk untuk menghindari sanksi yang dimaksudkan untuk menghentikannya menggunakan layanan keuangan di Barat. Sebagian uang tunai digunakannya untuk membeli karya seni;
- Inggris disebut "yurisdiksi berisiko tinggi" seperti Siprus, menurut divisi intelijen FinCEN. Hal itu disebabkan oleh lebih dari 3.000 perusahaan Inggris masuk dalam dokumen FinCEN, jumlah ini lebih banyak dari negara lain mana pun;
- Bank sentral Uni Emirat Arab gagal menindaklanjuti peringatan tentang sebuah perusahaan lokal yang membantu Iran menghindari sanksi;
- Deutsche Bank memindahkan uang kotor untuk kejahatan terorganisir, terorisme, dan pengedar narkoba; dan
- Standard Chartered memindahkan uang tunai untuk Bank Arab selama lebih dari satu dekade setelah rekening klien-klien di bank Yordania digunakan untuk mendanai terorisme.
Atas sejumlah temuan tersebut, muncul sebuah pertanyaan, mengapa bank-bank raksasa tidak mengambil tindakan atas berbagai aktivitas mencurigakan yang dilakukan oleh nasabah? Menjawab hal ini, FinCEN mengatakan bahwa bocornya laporan tersebut ke publik apat berdampak kepada keamanan nasional AS, termasuk juga dapat mengganggu investigasi, serta mengancam keselamatan institusi dan individu yang mengajukan laporan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih