Kisah Perusahaan Raksasa: JPMorgan Chase, Gudang Uang Terbesar Amerika Serikat
JP Morgan Chase & Co., sejak 2000
Pada akhir 2000, Chase Manhattan mengakuisisi JP Morgan dalam kesepakatan senilai sekitar 32 miliar dolar AS. JP Morgan Chase & Co. membanggakan aset sebesar 660 miliar dolar AS, menempatkannya di belakang Citigroup dan Bank of America Corporation di antara perusahaan jasa keuangan.
Douglas A. Warner III, kepala JP Morgan, diangkat sebagai ketua JP Morgan Chase, sementara Harrison, kepala Chase, diangkat sebagai presiden dan CEO.
Raksasa perbankan baru ini memiliki dua unit utama. Pertama, JP Morgan, yang terdiri dari layanan perbankan komersial global, termasuk perbankan investasi, pengelolaan kekayaan, pengelolaan aset institusional, dan ekuitas swasta. Kedua, Chase, operasi perbankan konsumen, termasuk cabang bank di wilayah New York dan di Texas, kartu kredit, perbankan hipotek, dan pinjaman konsumen.
Demi menghemat biaya tahunan sebesar 3 miliar dolar AS, JP Morgan Chase mengumumkan bahwa mereka akan menghilangkan 5.000 pekerjaan.
JPMorgan Chase menyelesaikan akuisisi Bank One pada 2004. Perusahaan juga mengangkat ketua dan CEO Jamie Dimon sebagai presiden dan COO dan menunjuknya sebagai penerus CEO William B. Harrison, Jr. Dimon menjadi CEO pada Januari 2006 dan pimpinan pada Desember 2006.
Pada 16 Maret 2008, JP Morgan Chase mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Bear Stearns & Co. Inc. dalam pertukaran saham senilai 2 dolar per saham atau 240 juta dolar AS sambil menunggu persetujuan pemegang saham bersama yang dijadwalkan dalam 90 hari.
Dua hari kemudian, JP Morgan Chase mengumumkan akuisisi Bear Stearns sebesar 236 juta dolar. Perjanjian pertukaran saham diselesaikan pada larut malam tanggal 18 Maret 2008, dengan JP Morgan menukar dari masing-masing sahamnya untuk satu saham Bear, yang bernilai 2 dolar. Penggabungan selesai pada 2 Juni 2008 dan Bear Stearns saat ini menjadi bagian dari JP Morgan Chase.
JP Morgan Chase kemudian berhasil mengumpulkan 10 miliar dolar dalam penjualan saham.
Pada 2008 JP Morgan Chase menderita kerugian miliaran dolar selama krisis subprime mortgage. Kontraksi likuiditas yang parah di pasar kredit di seluruh dunia yang disebabkan oleh devaluasi tajam sekuritas berbasis mortgage.
Pada akhir 2008, pemerintah AS menginvestasikan 25 miliar dolar AS dalam JPMorgan Chase di bawah Undang-Undang Stabilisasi Ekonomi Darurat. Sebuah undang-undang yang dirancang untuk mencegah krisis menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sistem keuangan AS (uang itu telah dilunasi pada Juni 2009).
Pada September 2008, pemerintah federal menyita perusahaan induk bank Washington Mutual, Inc., dan menjual aset perbankannya kepada JP Morgan Chase.
Pada Mei 2012 JPMorgan Chase mengumumkan bahwa unit investasi bank telah kehilangan sekitar 2 miliar dolar AS melalui serangkaian perdagangan derivatif yang kompleks, termasuk credit-default swaps (CDS).
Melaju ke tahun 2020, AS jatuh ke dalam krisis keuangan akibat pandemi Covid-19. Namun, bank terbesar di negara itu malah dipersenjatai dengan neraca yang sangat kuat.
JP Morgan Chase justru naik tiga tempat dari tahun lalu. Kini bank raksasa itu menempati peringkat 38 dalam Global 500 milik Fortune. Capaian itu terjadi berkat adanya peningkatan 6 persen dalam pendapatan bersih sebesar 143 miliar dolar AS. Sementara aset perusahaan kini menyentuh angka 2,7 triliun dolar AS.
Perusahaan membukukan laba bersih sebesar 36,4 miliar dolar AS. Menjadikan rekor kesembilan dalam 10 tahun terakhir. Namun, prospek tahun 2020 tidak terlalu mulus sebab adanya goncangan akibat virus corona.
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengeluarkan peringatan kepada pemegang saham bahwa skenario "terbaik" akibat pandemi akan menciptakan tekanan keuangan yang mirip dengan krisis ekonomi global pada 2008 lalu. Itu termasuk berbagai pukulan yang menyerang keuntungan perusahaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: