Di tengah pandemi Covid-19 yang masih masif terjadi di Indonesia, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terus dilaksanakan di provinsi sentra sawit di Indonesia dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Meskipun dalam program replanting tersebut tanaman kelapa sawit rakyat berstatus Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), namun terdapat peluang lain yang terbuka lebar sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petani sawit. Peluang dan potensi ekonomi yang dimaksud yakni terkait gula merah yang dapat dihasilkan dari pati batang sawit.
Merujuk pengalaman Kaya Coco sebagai salah satu perusahaan yang mengembangkan gula merah sawit, Deddy Limanto dari pihak perusahaan menjelaskan, satu batang kelapa sawit rata-rata memiliki kandungan pati sekitar 250 liter dengan rendemen sekitar 12 persen.
Baca Juga: Jaga Kelapa Sawit, 3 Negara Produsen Ini Join CPOPC
Artinya, satu batang kelapa sawit akan menghasilkan rata-rata 30–45 liter pati. Dari perhitungan tersebut, untuk setiap satu kaveling (2 hektare) kebun sawit akan menghasilkan sekitar 3–3,5 ton pati sawit untuk dijadikan gula merah.
Kendati demikian, Deddy berpendapat, agar produksi gula sawit lebih ekonomis, maka dibutuhkan lahan sawit yang sedang diremajakan seluas minimal 200 hektare. Oleh karena itu, bagi petani yang sedang melakukan kegiatan replanting, disarankan untuk dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok melalui koperasi atau kelompok tani.
Tidak hanya diolah secara mandiri oleh Kaya Coco, perusahaan ini juga dapat bekerja sama dengan petani terkait pengolahan gula merah dari batang sawit. Namun sebelumnya, dibutuhkan sebanyak 5–10 batang sawit sebagai sampel untuk dicek potensi kandungan patinya untuk menjadi gula merah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: