"Berbanding dengan pendapatan domestik bruto porsi utang Indonesia hanya 35,8 persen per oktober 2019. Selain itu, ULN kita juga jangka panjang membuat risiko fiskal untuk membayar kewajiban masih manageable," paparnya.
Selain itu, kebijakan ULN tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Negara yang sedang membangun memiliki nilai investasi yang lebih tinggi dari tingkat tabungannya atau Saving-Investment Deficit.
Baca Juga: RI Urutan Ke-7 dengan Utang Terbesar, Anak Buah Sri Mulyani Berdalih: Masih Aman
Sepanjang return terhadap investasi tersebut lebih tinggi dibandingkan biaya bunga, maka negara akan mampu membayar kembali. Masyita mengungkapkan sebelum pandemi ULN digunakan untuk membangun proyek-proyek strategis. Tujuannya, meningkatkan dan memeratakan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia.
"Kita perlu menutup gap infrastruktur dan mengurangi biaya logistik agar dapat meningkatkan daya saing. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas pertumbuhan ekonomi potensial," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: