Dalam regulasi ini, firma atau lembaga yang mewakili kepentingan kekuatan asing dalam kapasitas politik atau kuasi-politik diwajibkan untuk mengungkapkan hubungan mereka dengan pemerintah asing dan informasi tentang aktivitas dan keuangan terkait.
Dana yang digelontorkan untuk kebijakan biofuel bebas deforestasi tersebut sebesar US$194.508,4 (atau sekitar Rp2,85 miliar). Sementara itu, kegiatan memengaruhi tata kelola pemerintah atau korporasi untuk praktik no deforestasi sawit mencapai US$219.087,1 (atau sekitar Rp3,22 miliar).
Selain itu, Mighty Earth juga memeroleh sumber dana dari European Federation for Transport and Environment, the Center for International Policy, dan AidEnvironment and National Wildlife Federation dari hibah NORAD. Berbagai kampanye negatif yang dilakukan oleh Mighty Earth dapat merugikan posisi Indonesia sebagian produsen utama sawit.
Baca Juga: Pecah Telur! Kelompok Sawit Swadaya Ini Dapat Sertifikat RSPO
Perlu diingat, Norwegia bukanlah konsumen utama minyak kelapa sawit. Impor minyak sawit dari negara ini tidaklah sebesar Belanda, Italia, dan Jerman. Lalu pertanyaanya, mengapa Norwegia rutin tebar duit terhadap NGO global seperti Rainforest Foundation Norway dan Mighty Earth jika bukan bertujuan mendanai kampanye anti-deforestasi sawit?
Mengutip Sawitindonesia.com, "negara beri bukota Oslo ini termasuk produsen besar minyak bumi yang termasuk bisnis ekstraktif. Ataukah Norwegia khawatir bisnis minyak buminya akan tersaingi gagasan besar minyak sawit untuk dijadikan bahan bakar kendaraan. Apalagi, Indonesia mempunyai rencana untuk mensubstitusi minyak fosil dengan saiwt. Tidak menutup kemungkinan adanya motif ini."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: