Satire atau Islamofobia? Begini Pembelaan Kartunis Prancis
Saat Presiden Prancis Emmanuel Macron bersumpah bahwa Prancis tidak akan melepaskan kartun religiusnya dan berjanji untuk terus mempertahankan kebebasan berekspresi, dunia berjuang untuk memahami apa yang paling disukai oleh orang Prancis.
Terkadang kasar dan bahkan tidak menyenangkan, para pendukung kebebasan berbicara percaya kartun memiliki hak untuk menjadi atau menggambarkan apa pun yang mereka inginkan.
Baca Juga: Lagi-lagi Polisi Prancis Tangkap Warga Muslim Usai Pembunuhan Kedua
Euronews pada Minggu (1/11/2020) melaporkan kartun satire memiliki tradisi panjang dan penuh warna di Prancis yang berasal dari Abad Pertengahan. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir mereka telah menginspirasi kontroversi dan tindakan kekerasan yang mengerikan seperti serangan terhadap Charlie Hebdo pada 2015.
"Tidak pernah ada kartunis Denmark atau kartunis Charlie Hebdo yang bermaksud mempermalukan satu miliar orang Muslim, tapi begitulah pemahamannya. Karena manipulasi bekerja dengan sangat baik," kata Jean Plantu, seorang legenda di dunia karikatur Prancis.
Lahir pada 1951, karya Plantu pertama kali diterbitkan di surat kabar Prancis Le Monde pada Oktober 1972 dengan kartun tentang Perang Vietnam dan telah produktif dalam keluarannya sejak saat itu. Dia telah mendokumentasikan pasang surut Prancis dan dunia dengan gayanya sendiri yang tak ada bandingannya selama hampir 50 tahun.
Plantu adalah pembela karikatur yang gigih sebagai alat mendongeng yang harus terus digunakan untuk mendorong debat politik. Plantu menjelaskan kartun sering menjadi cara untuk mengatakan sesuatu dan untuk membebaskan perkataan yang diucapkan.
"Ada kartun yang kami tayangkan yang menginspirasi orang untuk mengatakan hal-hal yang tidak akan mereka katakan jika mereka tidak melihatnya. Namun saya tidak meminta siapa pun untuk setuju dengan saya atau menyukai pekerjaan saya," jelasnya.
Sejak beberapa rekan dan teman-temannya tewas dalam serangan terhadap kantor Charlie Hebdo, Plantu ditempatkan di bawah perlindungan polisi. Menurut Plantu, para kartunis telah mencapai titik terendah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: