Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menyatakan, pemerintah perlu memperkuat sinergi antara upaya peningkatan konsumsi dan penanganan kasus Covid-19 untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di 2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa Indonesia memasuki resesi. Pada Q3-2020, perekonomian mengalami kontraksi sebesar -3,49% (yoy) setelah pada Q2 mengalami kontraksi hingga level -5,32% (yoy), sedangkan Q1 berada pada level 2,97% (yoy).
Pingkan menyatakan konsumsi perlu terus digerakkan setidaknya untuk meminimalisir dampak dari peluang resesi yang ada. Salah satu stimulusnya adalah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada kelompok masyarakat yang tergolong rentan.
Baca Juga: Resesi Bikin Jumlah Pengangguran Melonjak Drastis, Terbanyak Kaum Adam
Jika melihat data jumlah penduduk miskin secara bulanan, angkanya naik dari 25,1 juta menjadi 26,4 juta pada Maret 2020 yang lalu. "Selain itu, upaya untuk terus menahan laju pertambahan pasien positif Covid-19 juga perlu terus dilakukan," kata dia di Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Pingkan menegaskan pandemi Covid-19 menjadi faktor utama yang mengakibatkan resesi terjadi. Sejak diumumkannya kasus positif pertama di Indonesia pada Maret 2020, pemerintah memberlakukan serangkaian kebijakan yang membatasi mobilitas dan aktivitas masyarakat.
"Pemberlakuan kebijakan pembatasan ini secara langsung dan tidak langsung mengakibatkan kegiatan ekonomi dari hulu hingga ke hilir mengalami tekanan yang mengharuskan dilakukannya penyesuaian. Dari segi permintaan, masyarakat juga mengalami penurunan daya beli akibat berkurangnya lapangan kerja dan meningkatnya angka pengangguran," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: