Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuasai Banyak Bahasa: Pintu Lowongan Kerja Terbuka

Kuasai Banyak Bahasa: Pintu Lowongan Kerja Terbuka Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gangguan ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 tentunya akan berdampak pada jumlah tenaga kerja yang lebih banyak menganggur.

Bappenas atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memprediksi, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2020 mencapai 8,1% hingga 9,2% serta angka pengangguran diprediksi naik 4%-5,5% juta orang. Bahkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa dalam kurun 2014-Agustus 2018, tingkat pengangguran tinggi malah banyak terjadi pada lulusan sarjana, yaitu dari 5,65% menjadi 5,89%.

Baca Juga: Pak Anies, Pengangguran Terbanyak RI Ada di DKI Jakarta

Situasi sulit pandemi dan era Revolusi Industri 4.0 itulah yang menjadi perhatian mahasiswa hukum dalam Kelompok Studi Bahasa Asing (KSBA) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip). Mereka mengadakan seminar daring dengan tema "Keuntungan Menjadi Multilingual di Era Revolusi Industri 4.0", Sabtu (7/11/2020).

Narasumber seminar daring ini adalah Nukila Evanty, Direktur berbagai lembaga internasional di antaranya AWID (Association of Women Rights in Development) yang berpusat di Kanada, yang juga menguasai tiga (3) bahasa asing dan Prof. Diana Kartika, Guru Besar Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Bung Hatta.

Dalam kesempatan tersebut, Nukila menjelaskan bahwa penguasaan bahasa Inggris tetap menjadi keharusan sebagai bahasa kedua karena bahasa Inggris sendiri digunakan di 53 negara dan digunakan sebagai lingua franca (bahasa perdagangan atau bahasa penghubung) oleh orang-orang dari seluruh dunia. Selain itu, perlu dipertimbangkan mempelajari bahasa Prancis karena Prancis menjadi bahasa resmi lembaga intergovernmental dan bahasa kerja di lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, NATO dan sebagainya.

Selain dua bahasa asing tersebut, bahasa asing yang dibutuhkan dan sering disebut dalam kriteria proficiency adalah bahasa Spanyol, bahasa China/Mandarin, bahasa Korea, bahasa Jepang, bahasa Jerman, dan bahasa Belanda. Menurut Nukila, plus belajar bahasa Belanda bagi mahasiswa hukum adalah karena sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil Law.

Nukila menambahkan, jika ingin bekerja sebagai interpreter (ahli bahasa lisan) atau translator (ahli bahasa tulisan), dibutuhkan keahlian yang mumpuni dalam berbagai bahasa asing, di samping riset dan konsentrasi yang kuat. Pendidikan linguistik atau bahasa asing di perguruan tinggi di Indonesia bisa mencontoh pada universitas ternama di Russia dalam program bahasa asing, yaitu di Moscow State Linguistic University (MSLU) karena mengajarkan 36 bahasa asing di universitas tersebut.

Beberapa pekerjaan yang membutuhkan keahlian berbahasa asing bahkan pada masa pandemi dan era Industri 4.0 adalah bekerja sebagai foreign correspondent untuk media internasional, sebagai subtitlers, interpreter/translator, lawyer internasional yang dapat bekerja di berbagai lembaga-lembaga internasional, NGO internasional dan perusahaan multinasional, juga bisa menjadi guru bahasa asing yang dapat membuat konten daring/online di Youtube, menjadi kreator atau blogger online, dan masih banyak lagi.

Menurut Nukila, mempelajari bahasa asing tanpa disadari berguna selain untuk memudahkan mendapat pekerjaan impian dan syarat beasiswa ke luar negeri, juga untuk meningkatkan kerja otak dan proses kognitif seperti berpikir, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah, membuat kita menjadi kreatif serta juga dapat menikmati karya seni dan sejarah dunia.

Nukila di akhir presentasinya mengenalkan 8 formula untuk menjadi seorang yang multilingual (menguasai beberapa bahasa asing), di antaranya, konsistensi dalam mempelajari bahasa asing, tidak sekadar ikut-ikutan, memanfaatkan waktu 30 menit setiap hari belajar bahasa asing, artinya sebagai daily habit (kebiasaan sehari-hari).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: