- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
OJK Ungkap Pasar Modal Indonesia Tangguh Hadapi Ketidakpastian Global
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan performa pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2024 dengan berbagai capaian positif, meski harus menghadapi dinamika tantangan global dan domestik. Hingga 27 Desember 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di posisi 7.036,57, melemah 3,25% secara tahunan (ytd). Namun, kapitalisasi pasar berhasil tumbuh 5,05% ytd, mencapai Rp12,2 ribu triliun.
"Pasar modal kita telah menunjukkan ketahanan luar biasa meski dihadapkan pada ketidakpastian global dan dinamika domestik," ujar Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK.
Sektor obligasi juga mencatat kinerja solid. Indeks ICBI naik 4,74% ytd ke level 392,36, sedangkan aktivitas penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp251,04 triliun, melampaui target Rp200 triliun. Tahun ini, tercatat 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru.
Reksa dana turut mencatat pertumbuhan, dengan total Asset Under Management (AUM) mencapai Rp840,07 triliun, naik 1,37% ytd. Sementara itu, pasar modal syariah juga mencatatkan peningkatan, dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tumbuh 0,57% ke posisi 213,86 dan kapitalisasi pasar naik 9,98% menjadi Rp6.759,54 triliun.
Inarno juga menyoroti kemajuan dalam perdagangan karbon, dengan total volume transaksi mencapai 908 ribu ton CO2 ekuivalen dan nilai transaksi Rp50,64 miliar sejak peluncurannya pada September 2023. "Respon positif terhadap perdagangan karbon ini menunjukkan komitmen kita dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon," tambahnya.
Baca Juga: Ini Laporan Dirut BEI TErkait Perkembangan Pasar Modal Sepanjang 2024
Sepanjang 2024, jumlah investor pasar modal (SID) meningkat signifikan, bertambah 2,6 juta menjadi total 14,81 juta. Mayoritas investor individu adalah generasi muda di bawah usia 40 tahun, yang mencapai lebih dari 79%.
Dari sisi regulasi, OJK mengeluarkan beberapa kebijakan strategis, termasuk POJK Nomor 4 Tahun 2024 tentang laporan kepemilikan saham, POJK Nomor 6 Tahun 2024 tentang pembiayaan transaksi margin dan short selling, serta POJK Nomor 10 Tahun 2024 terkait penerbitan obligasi daerah dan sukuk daerah.
"Melalui kebijakan ini, kami berupaya memperkuat transparansi, memperdalam likuiditas pasar, dan mendukung inklusi keuangan," ujar Inarno.
OJK juga meluncurkan produk derivatif baru, termasuk Kontrak Berjangka Saham (SSF) dan Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) yang diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar.
Menatap tahun 2025, OJK berkomitmen memperkuat stabilitas dan pertumbuhan pasar modal dengan langkah strategis, seperti pengawasan keuangan derivatif dan pengembangan infrastruktur pasar modal. "Mari kita bersama membangun pasar modal yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh, sebagai pondasi Indonesia Emas," tutup Inarno.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement