Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Potong Tarif Ekspor, Buah Tropis Indonesia Bakal Rajai Eropa

Potong Tarif Ekspor, Buah Tropis Indonesia Bakal Rajai Eropa Kredit Foto: Unsplash

Menurut Wamendag Jerry Sambuaga, pasar besar buah Indonesia sebenarnya bukan hanya di Uni Eropa tetapi justru yang dekat ada di China, Jepang dan Timur Tengah. China membutuhkan jumlah buah tropis yang sangat besar yang harus ditangkap peluangnya oleh para pengusaha.

“China relative dekat dengan Indonesia disbanding Eropa. Saat ini mereka lebih banyak mendapat pasokan buah tropis dari negara-negara Amerika Tengah seperti Costarica. Itu peluang yang sangat besar bagi Indonesia. Apalagi sekarang ada RCEP, kita akan dorong terus semua pengusaha, termasuk pengusaha buah ekspor agar bisa memanfaatkan fasilitasi dari hasil RCEP.” Tambah Jerry.

Pasar lain yang potensial menurut masukan dari para pengusaha adalah Timur Tengah, termasuk Turki dan Iran. Di Turki buah Indonesia masih dikenakan tarif hingga 48%. Sedangkan di Iran, buah Indonesia belum bisa diperdagangkan langsung karena mekanisme blockade yang dilakukan Amerika Serikat. Menanggapi masukan tersebut, Wamendag akan menindaklanjuti dengan memasukkan masukan-masukan pengusaha dalam butir-butir perundingan IT-FTA dan Indonesia-Iran FTA.

“Kita juga sedang melakukan perundingan dengan Turki dan Iran. Keduanya pasar yang sangat besar. Kita berharap bisa cepat menyelesaikannya sehingga para pengusaha kita bisa terbantu.”

Jerry berpendapat bahwa masukan-masukan dari pengusaha sangat penting mengingat mereka akan menjadi ujung tombak dan pelaku langsung dari hasil perundingan dagang, baik bilateral maupun multilateral. Oleh karena itu, ia akan selalu terbuka menerima masukan dari para pengusaha tentang permasalah riil yang mereka alami. Menurutnya, tujuan ideal dari perundingan dagang sebenarnya bukan hanya menyelesaikan masalah hambatan tarif, tetapi juga hambatan non tarif.

“Jadi perundingan dagang itu tujuan idealnya adalah menciptakan perdagangan yang terbuka dan adil. Jadi yang diselesaikan bukan hanya masalah tarif, tetapi juga non tarif.” Ujar Jerry.

Hambatan non tarif memang banyak dijadikan instrument untuk menghambat perdagangan oleh berbagai negara. Ada berbagai ketentuan yang menyangkut Kesehatan, sosilogis dan lingkungan yang harus dipenuhi. Perundingan dagang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengusaha Indonesia agar bisa memenuhi standar di negara tujuan. Menurut Wamendag, ke depan peningkatan kapasitas ini akan menjadi salah satu prioritas pendampingan Kemendag kepada pengusaha berorientasi ekspor.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: