Literasi dan Inklusi Keuangan Masih Timpang, Nih Catatan INDEF Buat OJK
Di sisi lain, berdasarkan survei tersebut, terlihat bahwa literasi berdasarkan sektor jasa masih terjadi ketimpangan karena sebagian besar masyarakat lebih paham dan akrab dengan perbankan. Tercatat, indeks literasi perbankan sebesar 36,12% sementara sektor pasar modal 4,92%.
"Ini gambaran orang lebih akrab dengan perbankan dbandingkan pasar modal jadi perlu upaya bagaimana literasi keuangan ke depan tidak hanya perbankan tp ke sektor-sektor lainnya seperti pasar modal, asuransi, pembiayaan, pegadaian. Jadi Strategi per sektor perlu dikembangkan," kata Eko.
Setali tiga uang, indeks inklusi keuangan juga masih belum merata. Indeks inklusi perbankan misalnya bertengger di angka 73,88%, sedangkan indeks inklusi pasar modal hanya 1,55%.
"Inklusi juga sama, orang lebih cenderung terhubung ke perbankan. Jadi antar sektor masih timpang walaupun secara agregat ada pertumbuhan," ucapnya. Makanya, lanjut dia, ke depan perlu upaya pemerataan di masing-masing sektor keuangan.
Kemudian, Eko menyarankan, OJK juga perlu lebih concern dan melakukan upaya ekstra dalam menggenjot indeks literasi dan inklusi keuangan di daerah yang masih di bawah indeks literasi dan inklusi keuangan nasioanal.
"Dr sisi provinsi, DKI Jakarta sudah 95% artinya inklusi keuangannya sudah tinggi beberapa kota besar lain juga cukup tinggi. Yang masih rendah di bawah 75% harus lebih concern lagi, misalnya NTT masih perlu upaya ekstra, kemudian Papua. Jadi kita harapkan strategi inklusi ke depan berdasarkan regionalnya harusnya berbeda-beda," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman