Perusahaan makanan dan minuman multinasional, PT United Family Food (Unifam) terus melancarkan sejumlah strategi untuk bisa terus ekspansi. Terlebih sektor makanan dan minuman (mamin) diproyeksikan masih menjadi motor penggerak industri nasional.
Akibat krisis COVID-19 yang melanda sejak awal tahun ini, semua industri terdampak oleh pandemi karena melemahnya daya beli. Meski demikian, Unifam berhasil meningkatkan kinerja seiring dengan berhasilnya penerapan strategi.
Steven Erwin Wijaya, CEO PT United Family Food (Unifam), menjelaskan, saat pandemi banyak perusahaan lain melihat tantangan, ia justru melihat banyak peluang. Peluang tersebut kemudian diakselerasi menjadi aktivitas produksi yang menghasilkan keuntungan.
Baca Juga: KBI Raih Penghargaan Indonesia Best Companies in Creating Leaders From Within 2020
Selama masa pandemi, Unifam melahirkan berbagai inovasi melalui produk-produk mereka. Hal ini dilakukan untuk bersikap adaptif atas peluang pasar. Ada tiga inovasi selama pandemi yang dilakukan perusahaan yang akan memasuki usia ke 40 ini, yaitu meluncurkan hand sanitizer, sebuah produk yang memang mengalami lonjakan kebutuhan semenjak pandemi terjadi di semester pertama 2020.
Tak hanya di situ, produk Milkita yang memiliki ekstensi produk berupa Susu Kental Manis mengalami pembaruan dengan penggunaan susu segar, vitamin, mineral dan kalsium tinggi sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan untuk kebutuhan harian.
"Jadi produk tersebut benar-benar berguna bagi orang-orang bekerja dan tetap melakukan aktivitasnya," kata Steven dalam keterangan resminya (7/12/2020).
Terbaru, Unifam juga meluncurkan Super Zuper Vitamin C-100. Menurutnya, peluang tersebut ditangkap karena bagaimana produk permen memiliki manfaat tambahan bagi anak-anak selama masa pandemi ini untuk menjaga kesehatan.
Hasilnya di saat pandemi, penjualan Unifam justru meningkat 15% di semester pertama 2020. Padahal setiap tahun, Unifam hanya mengalami kenaikan penjualan antara 13% hingga 14%. Menutup 2020, ditargetkan penjualan bisa meningkat hingga 21%.
"Oleh karena itu, inovasi dan ekspansi harus terus dilakukan baik melalui produk baru maupun pasar baru," jelas Steven.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: