Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Eksportir?

Apa Itu Eksportir? Sejumlah pekerja beraktivitas membongkar muat peti kemas di Pelabuhan Pelindo I Perawang di Kabupaten Siak, Riau, Rabu (18/10). PT Pelindo I (Persero) menambah kapasitas lapangan tampung peti kemas Pelabuhan Perawang dari 88 ribu TEU, atau unit ekuivalen dua puluh kaki, menjadi 100 ribu TEU karena peningkatan penggunaan peti kemas naik delapan persen dibandingkan dengan 2016. | Kredit Foto: Antara/FB Anggoro

Pertumbuhan China menjadi raksasa perdagangan global sangat pesat. Selama beberapa abad, pemerintah Cina menjalankan kebijakan isolasionis. Isolasi ini berlanjut di bawah Ketua Mao Zedong, tetapi setelah kematiannya pada tahun 1976, ada fokus baru pada perdagangan dan investasi asing. Pertumbuhan ekonomi China umumnya tinggi sejak saat itu.

Deng Xiaoping memulai pembukaan ekonomi China ke dunia pada akhir 1970-an. Peran badan usaha milik negara (BUMN) menurun saat China menempuh "jalan kapitalis". Antara tahun 1983 hingga 2013, China memiliki pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata sekitar 10% per tahun. China menjalankan strategi pertumbuhan yang didorong ekspor selama periode ini.

Zona ekonomi khusus (KEK) di China memainkan peran utama dalam ledakan ekonomi negara dan pertumbuhan ekspor. Di dalam KEK, seperti Shenzhen, China menawarkan insentif pajak kepada investor asing. Insentif ini termasuk kemampuan untuk mengimpor peralatan dan teknologi tanpa pajak.

Xi Jinping berusaha untuk menjaga pertumbuhan tahunan China tetap tinggi melalui peningkatan utang, tetapi dia menghadapi beberapa tantangan. Pertama, kebangkitan proteksionisme di AS dan surplus perdagangan yang terus-menerus tinggi dengan AS hingga menyebabkan perang dagang. Kemudian, pandemi virus corona menyebabkan kemerosotan ekonomi yang parah di China selama awal 2020.

Pada tahun 2020, krisis virus Corona berdampak negatif yang cukup besar pada perdagangan global. Namun, ekspor China pulih dengan cepat. China awalnya diuntungkan dari tingginya permintaan akan alat pelindung diri (APD), seperti masker. Permintaan barang seperti sepatu dan elektronik konsumen meningkat di akhir tahun seiring dengan membaiknya ekonomi global.

Selanjutnya, krisis tersebut menyebabkan peningkatan dramatis dalam pandangan yang tidak menguntungkan terhadap China dan hilangnya kepercayaan internasional kepada Presiden China Xi Jinping. Dalam lingkungan ini, masa depan jangka panjang China sebagai pengekspor barang terbesar di dunia diragukan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: