Gereja Katolik Melemah dan Makin Tersingkirkan Akibat Merebaknya Politisasi Agama
Deklinasi pengaruh gereja
Putusan Mahkamah Konstitusi Oktober lalu, yang mengabulkan larangan aborsi, termasuk paling menohok. Legislasi yang didukung sepenuhnya oleh gereja itu memicu kecaman publik dan aksi demonstrasi massal di seluruh negeri.
Derasnya kritik terhadap hirarki gereja dan reaksi yang dramatis di jalan-jalan ibu kota memaksa pemerintah menunda implementasi putusan MK membatasi hak reproduksi.
Melebarnya jurang antara umat dan pemuka gereja juga dicatat dalam statistik resmi, di mana warga tercatat berbondong-bondong mengeluarkan anaknya dari kelas agama di sekolah. Dua pertiga penduduk ingin agar pendidikan agama dikembalikan kepada paroki, bukan lagi sekolah, demikian menurut survey teranyar.
Jika pada 2010 masih sebanyak 90 persen murid mendaftar kelas agama, kini jumlahnya 70 persen, lapor lembaga penelitian Polandia, CBOS.
Menurunnya minat terhadap pendidikan agama diiringi semakin banyak warga yang mengaku ingin keluar dari gereja, dan secara resmi mencabut status diri sebagai seorang penganut Katolik.
Sebuah situs internet yang menawarkan layanan murtad dari Gereja Katolik, licznikapostazji.pl, mengaku sudah menerima 1.000 permintaan dalam hanya dua pekan. Situs lain, apostazja.eu, mengklaim, formulir permohonan keluar dari gereja yang mereka sediakan sudah diunduh 30.000 pengguna dan siap dikirimkan.
“Jumlahnya meledak,” sejak Mahkamah Konstitusi membatasi hak aborsi, kata pendiri situs, Krzysztof Gwizdala.
Jumlah tersebut tidak berbanding dengan 33 juta penganut Katolik Polandia. Namun begitu, meningkatnya angka apostasi memaksa gereja kembali membuat catatan resmi setelah berhenti selama 10 tahun.
Pada 2010 lalu, jumlah warga yang keluar dari gereja hanya tercatat 459 kasus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: