Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Aliran Cuan Raja Mesin Hitachi Masih Mengalir dari Pasar Dunia

Kisah Perusahaan Raksasa: Aliran Cuan Raja Mesin Hitachi Masih Mengalir dari Pasar Dunia Logo perusahaan Hitachi. | Kredit Foto: Reuters

Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan Odaira mendirikan perusahaannya pada tahun 1920. Ia menamakannya sebagai Hitachi karena menjadi tempat ia melakukan penjualan pertamanya. Lebih lanjut Hitachi juga berarti "matahari terbit" dalam bahasa Jepang. 

Pada 1920-an Hitachi memperluas operasinya untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari ekonomi industri Jepang yang sedang berkembang. Melalui akuisisi perusahaan lain, Hitachi menjadi produsen pompa, blower, dan peralatan mekanis lainnya terbesar di negara ini. 

Perusahaan juga terlibat dalam pengerjaan logam dan mulai memproduksi kabel tembaga dan rolling stock. Perkembangan ini berfungsi untuk mengkonsolidasikan kemampuan Hitachi untuk membangun dan memasok pabrikan besar tanpa bantuan dari luar. Pada tahun 1924 juga dibangun lokomotif listrik pertama di Jepang.

Kekuasaan pemerintah militer Jepang pada tahun 1930-an memaksa beberapa perubahan di Hitachi. Meskipun Odaira berjuang untuk mempertahankan independensi perusahaan, perusahaannya tetap ditekan untuk memproduksi alat-alat perang, termasuk radar dan peralatan sonar untuk Angkatan Laut Kekaisaran. Odaira berhasil mencegah Hitachi dari pembuatan senjata yang sebenarnya.

Perang Dunia II menghancurkan Hitachi. Banyak dari pabriknya dihancurkan oleh serangan bom Sekutu. Pasukan pendudukan AS mencoba membubarkan Hitachi dan pendiri Odaira dihapuskan dari perusahaan.

Selama tahun 1950-an, Chikara Kurata, yang menggantikan Odaira sebagai presiden dari Hitachi, mengarahkan perusahaan ke era ekspansi pasar. Mengantisipasi masa depan rekayasa elektronik, ia mendirikan pertukaran teknologi dengan General Electric dan RCA.

Pada 1960-an perusahaan juga mulai memasarkan barang-barang konsumen, memperkenalkan merek peralatan rumah tangga dan peralatan hiburannya sendiri. Namun, mungkin keputusan terpenting Hitachi adalah berinvestasi dalam penelitian komputer.

Pada tahun 1957 Hitachi membangun komputer pertamanya dan memasuki era teknologi tinggi. Selama tahun 1960-an Hitachi mengembangkan sistem komputer on-line pertama di Jepang. Bukan cuma itu, perusahaan pun muncul sebagai produsen komputer analog terbesar di dunia, yang digunakan dalam penelitian ilmiah untuk mengumpulkan data statistik yang kompleks.

Karena masih tertinggal dari International Business Machines Corporation (IBM), pemerintah Jepang mendanai penelitian kerja sama dan upaya pengembangan yang melibatkan sebagian besar perusahaan teknik Jepang.  Sejak saat itu, persaingan teknologi tinggi antara Amerika dan Jepang, dan antara IBM dan Hitachi pada khususnya, sedang berlangsung. 

Keuangan Hitachi sempat drop di dekade 1970-an. Tapi karena Hitachi telah lama dikenal pandai beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang berubah, ia melakukan adaptasi seperti pemotongan gaji sebesar 15 persen. 

Hitachi bekerja keras sehingga mengubah dirinya menjadi IBM Asia pada 1980-an. Sayangnya di tengah euforia positif, pada Juli 1982 Hitachi dan 11 karyawannya didakwa atas tuduhan penyuapan dan pencurian komersial. Rupanya beberapa karyawan di Hitachi telah mencuri rahasia desain rahasia dari IBM agar tidak kalah dalam persaingan ketat untuk keunggulan teknologi.

Saat itu, Hitachi dihukum atas pelanggarannya dengan membayar denda 24 ribu dolar. Untuk dua karyawannya dikenai hukuman bui. Pada gilirannya citra negatif yang disebabkan oleh skandal itu sangat merusak Hitachi.

Konsekuensinya banyak perusahaan Amerika membatalkan pesanan mereka atau menolak menerima pengiriman. Selain itu IBM juga memenangkan persidangan dan berhasil mengumpulkan uang sebesar 24 juta dolar. 

Usai keluar dari drama, pada 1986 keuangan Hitachi belum normal. Keuntungan turun untuk pertama kalinya dalam satu dekade, turun 29 persen dari 1985 menjadi 884 juta dolar. Sebagian dari penurunan tersebut dapat dikaitkan dengan faktor pasar eksternal.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: