Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diancam Serangan Militer, Tangan Kanan Rouhani: Banyak Bicara, Nihil Kemampuan!

Diancam Serangan Militer, Tangan Kanan Rouhani: Banyak Bicara, Nihil Kemampuan! Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Teheran -

Iran memberikan tanggapan keras atas pernyataan Kepala Staf Militer Iran (IDF) Aviv Kohavi yang membuka opsi mengerahkan militer untuk menyerang Iran sebagai langkah untuk mencegah Teheran mengembangkan program nuklir.

Kepala Staf Presiden Iran Hassan Rouhani, Mahmoud Vaezi mengatakan, Israel tidak memiliki kemampuan untuk menyerang Iran.

Baca Juga: Ada Rencana Serang Iran, Jenderal Besar AS Kunjungi Israel

"Kami sangat serius dalam membela negara. Mereka terlalu banyak bicara dan mencari perang psikologis, mereka hampir tidak memiliki rencana dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya," ujar Vaezi seperti dilansir Times of Israel, Jumat (29/1/2021).

Vaezi meyakini di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, Amerika Serikat (AS) tidak akan responsif terhadap tuntutan Israel. Berbeda dengan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump yang selalu mengabulkan permintaan Israel. Vaezi menuding penasihat khusus dan juga menantu Trump, Jared Kushner sebagai "agen Zionis di Washington".

“Tentu saja, beberapa pejabat rezim Zionis berpikir bahwa apapun yang mereka katakan, Washington akan menerimanya. Tapi saya pikir pemerintahan baru AS memiliki kemerdekaannya," kata Vaezi.

Tak lama setelah Vaezi membuat pernyataan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel tidak akan menganggap serius ancaman yang dilontarkan oleh Teheran.

Dalam pernyataannya, Netanyahu mengatakan bahwa Israel tidak akan membiarkan Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir.

“Saya ingin menekankan bahwa kebijakan yang saya kejar jelas, kami tidak akan mengizinkan Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir. Saya mengatakan ini kepada musuh dan teman-teman kami, ini adalah misi utama kami, untuk melestarikan kehidupan negara kami," kata Netanyahu.

Sebelumnya, dalam sebuah pidato yang disiarkan secara langsung di konferensi tahunan lembaga think tank Institute for National Security Studies, Kohavi mengatakan bahwa ia telah memerintahkan IDF untuk menyiapkan rencana operasional untuk menyerang Iran.

Menurut Kohavi, Iran saat ini secara diam-diam sedang meningkatkan persediaan uranium untuk membuat senjata nuklir.

“Iran dapat memutuskan bahwa dia ingin membuat bom, baik secara diam-diam atau dengan cara yang provokatif. Berdasarkan analisis dasar ini, saya telah memerintahkan IDF untuk menyiapkan sejumlah rencana operasional, selain yang sudah ada. Kami sedang mempelajari rencana ini dan kami akan mengembangkannya tahun depan," kata Kohavi.

Kohavi memperingatkan bahwa Presiden Biden tidak boleh kembali bergabung dengan perjanjian nuklir Iran 2015 (JCPOA). Menurutnya, apabila AS kembali kepada kesepakatan JCPOA, maka itu adalah keputusan buruk yang pernah dibuat.

“Kembali ke perjanjian nuklir 2015 atau bahkan ke kesepakatan yang serupa tetapi dengan sedikit perbaikan adalah hal yang buruk dan itu bukan hal yang benar untuk dilakukan,” kata Kohavi.

Pada 2018, Trump menarik AS dari JCPOA dan menerapkan sanksi keras yang telah merusak ekonomi Iran.  Setelah AS menaikkan sanksi, Iran secara bertahap dan secara publik meninggalkan batasan kesepakatan pengayaan uranium.

Presiden AS Joe Biden berkomitmen akan mengembalikan AS ke kesepakatan JCPOA. Pada Rabu (27/1/2021), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan,  AS akan bergabung kembali dengan JCPOA setelah Iran memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan tersebut.

Israel telah dua kali melakukan serangan militer terhadap program nuklir negara musuhnya yakni Irak pada 1981 dan Suriah pada 2007. Serangan itu kemudian dikenal sebagai Begin Doctrine, yang menyatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan negara musuh untuk mendapatkan senjata atom.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: