Rakyat Lancarkan Gelombang Protes, Militer Myanmar Balas Meriam Air, RI Siapkan Evakuasi WNI?
Gelombang protes kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan sipil dan berujung penahanan Aung San Suu Kyi terus berjalan. Ribuan orang turun ke jalan-jalan di hari ketiga.
Menurut berbagai laporan media, di ibu kota, Naypyitaw, massa meneriakkan slogan-slogan antikudeta. Mereka memberitahu polisi agar melayani rakyat, bukan militer.
Baca Juga: Panglima Militer Myanmar Berani Tampil ke Publik, Kasih Janji Jalankan Proses Kenegaraan...
Polisi pun akhirnya menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa. Polisi mengancam akan menggunakan peluru tajam apabila demonstran tidak membubarkan diri. Unjuk rasa berakhir tanpa pertumpahan darah.
Di ibu kota Myanmar, Nay Pyi Taw, polisi menggunakan meriam air dalam menghadapi para buruh yang mogok. Sejumlah laporan menyebutkan ada beberapa yang terluka.
TV negara memperingatkan pengunjuk rasa bahwa mereka akan mengambil tindakan bila mengancam keamanan publik atau "melanggar hukum."
Buruh di berbagai wilayah di Myanmar melancarkan aksi mogok nasional dalam demonstrasi hari ketiga, pada Senin (8/2/2201). Dalam aksinya, para buruh juga menuntut pembebasan pemimpin terpilih, Suu Kyi, dan dikembalikannya demokrasi di negara tersebut.
Sementara itu, Indonesia telah menyiapkan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) bila kondisi memburuk di Myanmar.
Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Iza Fadri, dalam pertemuan virtual dengan warga negara Indonesia pada Senin (8/2/2021), mengatakan sejak dua hari lalu Kementerian Luar Negeri RI telah menyiapkan persiapan darurat untuk berjaga-jaga, termasuk kemungkinan evakuasi WNI.
"Evakuasi (akan dilakukan) kalau situasi sudah anarkis, tak ada lagi hukum dan pemerintah sudah tak bisa mengendalikan situasi lagi, Tak ada lagi otoritas, dan WNI sudah tidak bekerja juga. Menurut saya lebih baik, evakuasi, itu yang bisa dijadikan patokan untuk evakuasi," kata Iza.
Dubes RI juga mengimbau kepada WNI di Myanmar, yang perusahaannya tutup dan tak beroperasi lagi, untuk lebih baik kembali ke Indonesia.
Rencana darurat yang telah disiapkan itu, menurut Iza, termasuk beberapa aliternatif, menggunakan pelabuhan bila bandar udara tutup.
Warga negara Indonesia di Myanmar tercatat sekitar 600 orang dan sejauh ini sudah lebih dari 400 yang mendaftarkan diri melalui online di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon.
Iza mengatakan demonstrasi yang telah terjadi dalam beberapa hari ini terdengar dari kantor kedutaan dan ia mengimbau warga Indonesia untuk tidak keluar rumah.
"Kami lihat (demo ini) sangat masif. Kami imbau warga untuk tidak usah ikut. Pak Athan [atase pertahanan] mengirim foto, ada orang yang pakai senjata panjang dari gedung tinggi [sniper dalam istilah militer]," tambah Dubes Iza.
Tetapi sejauh ini, unjuk rasa dalam tiga hari terakhir berjalan damai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: