Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet Para biksu Buddha memegang plakat saat mereka berpartisipasi dalam unjuk rasa yang memprotes hasil pemilu oleh pendukung militer Myanmar dan Partai Persatuan dan Pembangunan yang didukung oleh militer di dekat pagoda Shwedagon Sabtu, 30 Januari 2021, di Yangon, Myanmar. Militer Myanmar telah membantah bahwa pernyataan kontroversial dari pimpinannya dimaksudkan sebagai ancaman untuk melakukan kudeta, mengklaim media telah salah menafsirkan kata-katanya. Ketegangan politik meningkat seminggu terakhir ini setelah militer mengatakan tidak dapat mengesampingkan kudeta jika keluhannya tentang kecurangan suara yang meluas dalam pemilihan November lalu diabaikan. | Kredit Foto: AP Photo/Thein Zaw
Warta Ekonomi, Yangon -

Polisi Myanmar menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa di ibu kota Nay Pyi Taw, yang tetap melakukan aksi demonstrasi pada hari keempat, dan tak mengindahkan peringatan militer.

Polisi juga menggunakan meriam air untuk membubarkan ribuan demonstran dan saksi mata mengatakan ia menyaksikan tembakan di udara untuk membubarkan pengunjuk rasa. Namun sejumlah laporan yang menyebutkan penggunaan peluru tak bisa dipastikan.

Baca Juga: Selandia Baru Setop Hubungan dan Larang Kunjungan ke Myanmar, Ada Apa?

Seorang perempuan dikabarkan dirawat rumah sakit dalam kondisi kritis akibat luka di kepala. BBC Myanmar mendapatkan informasi paling tidak dua pengunjuk rasa luka parah.

Informasi dari petugas medis yang tidak disebut namanya menyatakan dua orang ini mengalami luka di kepala dan dada. Tetapi tidak jelas mengapa mereka bisa sampai terluka.

Seorang dokter dari satu klinik mengatakan ia merawat tiga pasien dengan luka-luka yang dicurigai akibat tembakan peluru karet. Mereka kini telah dipindahkan ke rumah sakit utama, kata dokter itu kepada kantor berita Reuters.

Larangan orang berkumpul dan jam malam diterapkan di sejumlah kota dan pemimpin militer Min Aung Hlaing memperingatkan tak ada yang berada di atas hukum.

Ia tidak mengeluarkan ancaman langsung kepada demonstran, tetapi TV negara memperingatkan bahwa "langkah akan diambil" terhadap mereka yang melanggar hukum, menyusul pidato Hlaing.

Militer melarang pertemuan lebih dari lima orang di kota Yangon dan Mandalay dan menerapkan aturan jam malam.

Aturan diterapkan setelah tiga hari berturut-turut protes massal.

"Mereka melepaskan tembakan peringatan ke langit dua kali, kemudian mereka menembakkan peluru karet [ke pengunjuk rasa]," kata seorang warga kepada kantor berita AFP.

Sementara itu, pemimpin kudeta di Myanmar untuk pertama kalinya menyampaikan pidato yang disiarkan di televisi, dalam upaya membenarkan tindakan militer.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: