Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet Para biksu Buddha memegang plakat saat mereka berpartisipasi dalam unjuk rasa yang memprotes hasil pemilu oleh pendukung militer Myanmar dan Partai Persatuan dan Pembangunan yang didukung oleh militer di dekat pagoda Shwedagon Sabtu, 30 Januari 2021, di Yangon, Myanmar. Militer Myanmar telah membantah bahwa pernyataan kontroversial dari pimpinannya dimaksudkan sebagai ancaman untuk melakukan kudeta, mengklaim media telah salah menafsirkan kata-katanya. Ketegangan politik meningkat seminggu terakhir ini setelah militer mengatakan tidak dapat mengesampingkan kudeta jika keluhannya tentang kecurangan suara yang meluas dalam pemilihan November lalu diabaikan. | Kredit Foto: AP Photo/Thein Zaw

Tiada laporan lainnya mengenai aksi kekerasan.

"Ini adalah hari kerja, tapi kami tidak akan bekerja bahkan jika gaji kami dipotong," kata seorang buruh pabrik garmen berusia 28 tahun, Hnin Thazin, kepada kantor berita AFP.

Sehari sebelumnya, pada Minggu (7/2/2021), puluhan ribu orang melakukan protes di kota Yangon, untuk menentang kudeta, gerakan yang tidak bisa dibendung oleh pemblokiran internet yang diberlakukan oleh penguasa militer.

"Kami tidak ingin kediktatoran militer," teriak banyak demonstran.

Banyak yang memegang foto pemimpin yang ditahan Aung San Suu Kyi dan mengenakan pakaian merah, warna partai Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi. Mereka juga menuntut agar Suu Kyi dibebaskan.

Dia tidak terlihat lagi sejak tentara menggulingkan pemerintahannya Senin (01/02) lalu.

Adapun demonstrasi yang lebih kecil dilaporkan terjadi di Kota Mawlamine dan Mandalay.

Meskipun unjuk rasa dan penentangan terhadap kudeta semakin luas, sejauh ini militer sama sekali belum mengeluarkan pernyataan.

Penguasa militer telah menempati ibu kota, Nay Pyi Daw, dan sejauh ini menghindari keterlibatan langsung dengan para pengunjuk rasa.

Beberapa gambar dan video protes telah diunggah ke internet, meskipun penguasa militer telah memutus internet sejak hari Sabtu (6/2/2021). Sebagian layanan internet hingga Minggu malam (7/2/2021) waktu setempat dilaporkan berangsur pulih meskipun belum total.

Sebelumnya, militer juga memblokir akses ke Facebook, Twitter, dan Instagram untuk menghalangi orang-orang bergerak untuk protes.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: