Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet

Redam Pengunjuk Rasa, Polisi Myanmar Mulai Berani Gunakan Peluru Karet Para biksu Buddha memegang plakat saat mereka berpartisipasi dalam unjuk rasa yang memprotes hasil pemilu oleh pendukung militer Myanmar dan Partai Persatuan dan Pembangunan yang didukung oleh militer di dekat pagoda Shwedagon Sabtu, 30 Januari 2021, di Yangon, Myanmar. Militer Myanmar telah membantah bahwa pernyataan kontroversial dari pimpinannya dimaksudkan sebagai ancaman untuk melakukan kudeta, mengklaim media telah salah menafsirkan kata-katanya. Ketegangan politik meningkat seminggu terakhir ini setelah militer mengatakan tidak dapat mengesampingkan kudeta jika keluhannya tentang kecurangan suara yang meluas dalam pemilihan November lalu diabaikan. | Kredit Foto: AP Photo/Thein Zaw

Sang jenderal tidak memberikan ancaman langsung kepada pengunjuk rasa, hanya mengatakan bahwa tidak ada yang di atas hukum.

Namun telah terjadi tindakan keras di beberapa daerah, dengan penerapan jam malam dari pukul 20:00 sampai 04:00 dan pembatasan kerumunan hingga maksimal lima orang, di sebagian kota Yangon dan Mandalay, serta sejumlah daerah lain.

Sebelumnya, sebuah siaran di TV pemerintah memperingatkan "tindakan harus diambil, berdasarkan hukum ... terhadap pelanggaran yang mengganggu, mencegah, dan menghancurkan stabilitas negara, keamanan publik, dan supremasi hukum".

Phil Robertson, wakil direktur Asia dari Human Rights Watch, mengatakan: "Sebagai pemerintahan [hasil] kudeta militer yang telah menginjak-injak demokrasi dan supremasi hukum, tidak masuk akal bagi mereka untuk mengklaim bahwa mereka berhak melakukan 'tindakan hukum' terhadap pengunjuk rasa damai. "

Diketahui, ribuan orang berkumpul di Yangon dan Mandalay, sementara meriam air telah disiagakan di Ibu Kota Nay Pyi Taw untuk mengantisipasi puluhan ribu pendemo.

Aksi ini terjadi sehari setelah rakyat Myanmar menggelar demo terbesar dalam lebih dari satu dekade.

Pada Senin (8/2/2021) pagi, puluhan ribu orang telah berkumpul di Nay Pyi Taw. Aksi serupa digelar di sejumlah kota lainnya yang diikuti pendemo dalam jumlah signifikan, sebagaimana dilaporkan BBC Burmese. 

Para demonstran mencakup para guru, pengacara, pegawai bank, hingga pegawai negeri sipil.

Sekitar 1.000 guru telah berpawai dari berbagai penjuru Yangon menuju Pagoda Sule di pusat kota tersebut.

Di Nay Pyi Taw, kepolisian menggunakan meriam air untuk menghalau para pendemo dan sudah ada beragam laporan mengenai sejumlah orang yang cedera.

Sebuah video daring memperlihatkan para pendemo mengusap mata mereka dan saling membantu setelah disemprot meriam air.

Kyaw Zeyar Oo, seorang warga Myanmar yang mengabadikan video itu, mengatakan ada dua kendaraan meriam air yang menghampiri para demonstran—walau mereka berunjuk rasa secara damai dan tidak melintasi garis polisi.

"Kendaraan-kendaraan itu menyeruak ke tengah kerumunan dan menyemprotkan meriam air. Tiada peringatan yang dikeluarkan terlebih dahulu," katanya kepada BBC.

Dia menambahkan bahwa pada Senin (8/2/2021) sore, situasinya "benar-benar tenang" namun kendaraan meriam air masih disiagakan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: