Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diwanti-wanti Lewat Demonstrasi, Pelapor PBB Berpesan ke Junta: Perhatian Jenderal, Anda Akan...

Diwanti-wanti Lewat Demonstrasi, Pelapor PBB Berpesan ke Junta: Perhatian Jenderal, Anda Akan... Kredit Foto: CNN
Warta Ekonomi, Yangon -

Sejumlah pengunjuk rasa masih berkumpul di berbagai wilayah di Myanmar, walau kendaraan-kendaraan lapis baja terlihat bersiaga. Jam malam juga diberlakukan.

Di tengah aksi protes yang terus berlanjut, junta memutuskan untuk melakukan pemblokiran total jaringan internet di Myanmar. Operator telekomunikasi mengatakan, mereka diminta mematikan layanan dari pukul 01:00 hingga 09:00 waktu setempat, dari Minggu (14/2/2021) sampai Senin (15/2/2021).

Baca Juga: Pelayan Publik Lumpuh Akibat Demonstrasi Sipil di Myanmar

Pemblokiran akses internet dilakukan setelah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), meminta agar pengamat diizinkan masuk ke Myanmar. Permintaan itu dilakukan setelah melihat rekaman video streaming yang dibagikan di media sosial, yang menggambarkan pergerakan pasukan militer ke sejumlah wilayah Myanmar.

Lembaga pemantau internet, NetBlocks mengklaim, pemblokiran akses internet, membuat Myanmar saat ini berada dalam situasi offline, atau tidak dapat diakses sama sekali. Selain itu, media setempat juga mengatakan, setidaknya lima jurnalis yang meliput aksi protes ditahan karena menayangkan gambar beberapa orang yang terluka dalam insiden tersebut.

Di kota Myitkyina, di Negara Bagian Kachin, tembakan terdengar saat pasukan keamanan bentrok dengan demonstran anti kudeta. Tidak diketahui apakah yang ditembakkan adalah peluru karet atau peluru tajam.

Di Yangon, kendaraan lapis baja terlihat berlalu-lalang untuk pertama kalinya sejak kudeta dua pekan lalu. Para biksu dan insinyur memimpin unjuk rasa di kota itu, sementara pengendara sepeda motor melewati jalan-jalan Ibu Kota, Nay Pyi Taw.

Seorang dokter di sebuah rumah sakit di Nay Pyi Taw mengatakan kepada BBC bahwa pasukan keamanan melakukan penggerebekan malam hari di rumah-rumah. “Saya khawatir, karena pemerintah menyatakan jam malam pukul 20:00 dan 04:00, tapi ini memberi polisi dan tentara waktu untuk menangkap orang-orang seperti kami,” kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan identitasnya karena alasan keamanan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: