Menurut Burgener, polisi dan pasukan keamanan di Myanmar sekarang menggunakan amunisi langsung terhadap pengunjuk rasa. Sejak 1 Februari, lebih dari 50 orang telah terbunuh di sana dan lebih dari 1.200 lainnya-beberapa di antaranya masih belum ditemukan-telah ditangkap dan ditahan secara sewenang-wenang, sebagian besar tanpa proses hukum apa pun.
Minggu sebelumnya adalah hari paling mematikan di Myanmar sejak kudeta tak berdarah. Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, pihak berwenang menghadapi pengunjuk rasa damai di beberapa lokasi di seluruh Myanmar dan menembakkan peluru langsung ke kerumunan, menewaskan sedikitnya 18 orang dan melukai lebih dari 30 lainnya, mengutip informasi yang dapat dipercaya.
Schraner Burgener mengatakan dia telah melakukan percakapan dalam beberapa pekan terakhir dengan wakil panglima angkatan bersenjata Myanmar, Wakil Jenderal Senior Soe Win, untuk memperingatkannya bahwa militer kemungkinan akan menghadapi tindakan keras dari beberapa negara, tapi jawaban militer 'ndablek'.
"Jawabannya adalah: 'Kami terbiasa dengan sanksi, dan kami selamat,'" katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat