Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: PTT, Pertamina-nya Thailand Jadi Taipan Minyak Paling Tajir Se-ASEAN

Kisah Perusahaan Raksasa: PTT, Pertamina-nya Thailand Jadi Taipan Minyak Paling Tajir Se-ASEAN Kredit Foto: Reuters

Untuk menyelesaikan pengujian fasilitas kilang multiguna yang lebih besar di Bangchak dengan 5.000 barel per hari, Departemen Energi Pertahanan beralih ke Summit. Pada tahun 1965, Summit menandatangani perjanjian operasi dengan pemerintah yang memberikan izin kepada perusahaan untuk memperluas produksi hingga 20.000 barel per hari sambil beroperasi dengan dasar bebas pajak. Sebagai gantinya, Summit setuju untuk membayar 20 juta dolar biaya konstruksi fasilitas tersebut dan menyerahkannya kepada pemerintah pada 1980.

Thailand saat ini mengalami permintaan yang meningkat pesat untuk produk bahan bakar di negaranya. Dua kilang utamanya --Bangchak dan situs kedua yang lebih besar yang dibangun oleh Shell dan dioperasikan melalui Thai Oil Refinery Corporation-- tidak dapat mengimbangi permintaan.

Pemerintah menyetujui perluasan kilang, dengan kapasitas pabrik Bangchak dinaikkan menjadi 65.000 barel per hari. Sewa Summit kemudian diperpanjang hingga 1990.

Harapan Thailand untuk menemukan cadangan minyak dalam negeri skala besar pupus pada pertengahan 1970-an. Meskipun sejumlah kecil cadangan telah ditemukan, negara itu masih sangat bergantung pada impor bahan bakar. Embargo Minyak Arab dan krisis dunia yang diakibatkannya secara khusus menghancurkan Thailand.

Sebagai tanggapan, pemerintah Thailand membentuk Organisasi Gas Alam Thailand (NGOT), yang berfungsi sebagai mitra OFO. Namun, dengan semakin parahnya krisis ekonomi, pemerintah Thailand pindah untuk mengelompokkan semua operasi bahan bakarnya di bawah satu entitas. Pemerintah mengeluarkan undang-undang pada bulan Desember 1978, membentuk Petroleum Authority of Thailand (PTT).

PTT mengambil alih NGOT dan OFO. Ia lantas menjadi pemilik kilang Bangchak, yang tetap disewakan kepada Summit.

Juga pada tahun 1981, PTT mengambil alih operasi Kilang Minyak Thailand sebagai bagian dari perjanjian awal. Perkembangan lain pada tahun itu adalah negosiasi langsung pemerintah Thailand atas kontrak pasokan minyak mentah dengan Arab Saudi. Hal ini pada gilirannya menyebabkan penghentian mendadak sewa Summit atas kilang Bangchak, yang telah sering menjadi lokasi perselisihan perburuhan, hal yang jarang terjadi di Thailand.

PTT sekarang mengendalikan langsung lebih dari dua pertiga kapasitas kilang negara. Seiring waktu, PTT meningkatkan kapasitas kilangnya, dan pada tahun 1991 fasilitas Bangchak saja telah mendekati 250.000 barel per hari.

Hanya dalam beberapa tahun yang singkat, PTT telah berkembang dari modal awal sebesar 149 juta bath atau setara 9,68 miliar dolar AS menjadi perusahaan gas dan minyak bumi yang terintegrasi penuh dengan pendapatan lebih dari THB26 miliar. Pada tahun 1988, organisasi telah berkembang hingga mencakup empat ladang gas alam utama, termasuk Erawan, dan lokasi baru di Baanpot, Satun, dan Platong.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: