Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permudah Eksportir, Kementan Buka Keran Buat Ekspor Produk Pertanian

Permudah Eksportir, Kementan Buka Keran Buat Ekspor Produk Pertanian Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi -

Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan penataan eksosistem logistik nasional atau National Logistik Ecosystem (NLE). Caranya dengan program pemberitahuan tunggal dan pemeriksaan bersama karantina-bea cukai atau Single Submission (SSm) and Joint Inspection Quarantine Custom.

Penerapannya telah diberlakukan secara wajib di empat pelabuhan besar nasional. Termasuk Surabaya. Kebijakan tersebut mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor pertanian yang cukup signifikan.

"Program inisiatif ini sesuai instruksi presiden dan telah mampu memperbaiki proses bisnis dengan mengurangi kegiatan yang repetisi dan duplikasi, sehingga lebih cepat dan mampu meningkatkan daya saing," kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, Sabtu (13/3/2021).

Sebagai informasi sebelumnya, Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Menteri Perdagangan M Lutfi, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Gubernur Jatim  melepas bersama 34 produk pertanian asal Provinsi Jawa Timur senilai Rp 140,03 miliar dengan total volume 5,4 ribu ton dan 757 batang ke dua belas negara tujuan sekaligus di Terminal Teluk Lamong, Surabaya.

Baca Juga: Pertanian Sektor Penting Jaga Daya Tahan Ekonomi, Komisi IV Janji Perjuangkan Anggaran Kementan

Produk pertanian yang diekspor antara lain berupa sarang burung walet, pakan ternak, premik, cicak kering, lipan kering, kelapa bulat, cacao powder, cacao butter, kopi biji dan cengkeh.

Ali menjelaskan, Jawa Timur merupakan salah satu pintu terbesar ekspor. Terminal Teluk Lamong yang belum lama diresmikan oleh Presiden Jokowi ini merupakan "Green Port", menggunakan gas dan lainnya yang ramah lingkungan. 

Secara nasional, Kementan melalui Badan Karantina Pertanian telah melakukan fasilitasi sertifikasi ekspor terhadap 81,3 ribu ton komoditas pertanian dengan nilai mencapai Rp 1,264 triliun. Dengan kontribusi terbesar asal subsektor perkebunan sebesar 78,9 persen dan diikuti masing-masing asal subsektor tanaman pangan, peternakan dan hortikultura.

Ali menyebutkan dari catatannya penerapan SSm dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. "Sejak November 2020 dari empat pelabuhan utama yang terintegrasi dengan LSNW mampu mengurangi waktu clearance mencapai antara 35-56 persen (0,6–2,1 hari)," jelasnya.

Menurutnya, penerapan ini dapat diperluas ke pelabuhan lainnya termasuk bandar udara, serta tidak hanya untuk dokumen Permohonan Impor Barang (PIB) saja, namun juga menjangkau dokumen lainnya.

Dengan memperluas jangkauan ke pelabuhan lainnya dapat memberikan jaminan bahwa komoditas pertanian atau pangan yang masuk ke wilayah RI telah memenuhi aspek kesehatannya sebelum pengenaan fiskal oleh rekan Bea dan Cukai.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: