Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mencekam, Lagi-lagi 39 Pengunjuk Rasa Antikudeta Tewas di Lokasi Ricuh

Mencekam, Lagi-lagi 39 Pengunjuk Rasa Antikudeta Tewas di Lokasi Ricuh Polisi anti huru hara menangkap pengunjuk rasa anti-kudeta pada 27 Februari 2021 di Yangon, Myanmar. | Kredit Foto: Getty Images/Hkun Lat
Warta Ekonomi, Yangon -

Pasukan keamanan Myanmar menewaskan setidaknya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta di pinggiran kota industri Hlaingthaya pada Minggu (14/3/2021). Kelompok advokasi mengatakan insiden itu terjadi setelah pabrik-pabrik yang didanai China di Hlaingthaya dibakar.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan sebanyak 16 demonstran dan seorang polisi juga tewas di tempat lain, menjadikan ini sebagai hari paling berdarah sejak kudeta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Baca Juga: Miris! Aparat Kembali Tembak Mati 5 Pengunjuk Rasa dalam Aksi Damai Myanmar

Televisi Myawadday yang dikelola tentara mengatakan pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan pabrik pupuk dibakar dan sekira 2.000 orang telah menghentikan mesin pemadam kebakaran untuk menjangkau mereka.

Ketika asap membubung dari kawasan industri, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota yang merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri, kata media lokal.

“Itu sangat mengerikan. Orang-orang ditembak di depan mata saya. Itu tidak akan pernah meninggalkan ingatan saya,” kata seorang jurnalis foto di tempat kejadian yang tidak ingin disebutkan namanya sebagaimana dilansir Reuters.

Kedutaan Besar China mengatakan banyak staf warga China terluka dan terperangkap dalam serangan pembakaran oleh penyerang tak dikenal di pabrik garmen di Hlaingthaya. Kedubes telah meminta Myanmar untuk melindungi properti dan warga China.

"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," kata pernyataan tersebut.

Properti milik China menjadi sasaran karena Beijing dipandang mendukung junta militer yang telah mengambil alih kekuasaan.

Darurat militer diberlakukan di Hlaingthaya dan distrik lain di Yangon, pusat komersial Myanmar dan bekas ibu kota, media pemerintah mengumumkan.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Kematian terbaru ini menambah jumlah korban jiwa selama demonstrasi antikudeta di Myanmar menjadi 126, kata AAPP. Dikatakan lebih dari 2.150 orang telah ditahan pada Sabtu (13/3/2021) dan lebih dari 300 telah dibebaskan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: