Said Didu mengatakan bahwa langkah impor BBM sudah tentu perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
"Kalau berkurang 100 ribu barel saja sudah pasti harus nambah impor dong. Sebenarnya sederhana sekali pemikirannya," katanya.
Said Didu membeberkan, di kondisi pandemi ini memang konsumsi menurun hanya 1,2 juta barel tapi artinya tetap harus impor untuk memenuhi kebutuhan 400-500 ribu barel per hari.
"Walaupun sudah impor tapi saya yakin harus menambah impor karena berkurangnya produksi, kecuali surplus ini kan kurang. Kilang kita sekarang kurang lebih 800 ribu barel, konsumsi 1,6 juta barel," katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh Pengamat Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES) Kurtubi menilai terhentinya produksi di kilang Pertamina bakal berimbas pada menipisnya stok BBM Pertamina.
Selain dipasok dari kilang Pertamina lainnya, ia menyebut tambahan lain akan dipenuhi lewat impor. Tak ada kebakaran pun, menurut dia, pemerintah masih bergantung pada impor, apalagi bila ada kebakaran kilang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: