Nabung di Bank Bikin Miskin Perlahan, Lo Kheng Hong: Kalau Mau Kaya, Pasar Modal Tempatnya
Lo Kheng Hong telah memiliki pengalaman berinvestasi selama 30 tahun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lo Kheng Hong terlahir dari keluarga kurang mampu. Masa kecil pria kelahiran 20 Februari 1959 itu dihabiskan tinggal di sebuah rumah petak.
Hal itu diceritakan oleh Lo Kheng Hong secara langsung melalui sebuah acara yang video-nya di upload ke YouTube yang bertajuk "Lo Kheng Hong - Pengalaman 30 Tahun Berinvestasi Di Bursa Efek Indonesia | IdeaCloud".
Usai lulus SMA, ia tidak bisa berkuliah karena keterbatasan biaya yang dimilikinya. Alhasil, ia bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah bank. Kesehariannya seringg diperintah untuk foto copy, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Erick Thohir ke China: Investasi di Indonesia Aman!
Barulah di usia 20 tahun, Lo Kheng Hong kuliah di Universitas Nasional, kelas malam di sebuah bangunan sekolah. Saat itu, biaya masuknya sebesar Rp50 ribu, dengan biaya kuliah Rp10 ribu. Nominal itu begitu besar pada masanya.
Setelah lulus kuliah, Lo Kheng Hong tetap bekerja sebagai tata usaha selama 11 tahun. Tidak naik jabatan sama sekali. Hingga suatu hari, seorang nasabahnya membuka bank, dan LHK pun diajak bekerja di bank baru tersebut. Gajinya meroket 200 persen dari awalnya Rp350.000 menjadi Rp1.050.000.
Berkat itu, LKH semangat bekerja. Ia terus menelpon nasabahnya yang kaya dan mengajak nasabah itu untuk membuka tabungan di bank tempat LKH bekerja. Satu tahun kemudian, pangkatnya naik menjadi kepala cabang. Meski sudah menjadi kepala cabang dengan gaji yang besar, tetapi uangnya tak digunakan untuk foya-foya atau menabung di bank. Sejak itu, LKH sudah mulai berinvestasi saham. Hingga 30 tahun kemudian, uang itu pun menjadi luar biasa besar.
Pada tahun 1996, LKH mengundurkan diri dari jabatannya karena ingin fokus menjadi seorang investor saham. Hal ini karena LKH akhirnya sadar bahwa perputaran uang di masyarakat bukan di bank, tetapi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencapai ribuan triliun.
"Harta karun kekayaan terbesar yang ada di dunia, adanya di pasar modal, bukan di bawah laut. Nilainya nyata dan transparan, sangat disayangkan bila ada orang yang tidak mengenal pasar modal," ujar Lo Kheng Hong.
"Jika ingin menjadi orang kaya, pasar modal-lah tempatnya," tambahnya lagi.
Dari pagi hingga malam, kita memakai produk dari perusahaan publik. Perusahaan publik pula yang menciptakan lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Lo Kheng Hong, berkat perusahaan publik pula masyarakat yang bekerja di bawah naungannya bisa menjadi sejahtera.
"Orang yang bisa disebut pahlawan adalah orang yang bisa memberikan kesejahteraan bagi banyak orang," ujar LKH.
Hal ini karena semakin besar Bursa Efek Indonesia (BEI), semakin sejahtera pula rakyat Indonesia. Perusahaan publik juga menjadi pembayar pajak terbesar yang digunakan untuk pembangunan di seluruh negeri. Membayar pajak adalah salah satu bukti cinta kita kepada negara, di saat dahulu rakyat Indonesia membuktikan cinta dengan mempertaruhkan nyawa, kita hanya diminta untuk membayar pajak.
Lo Kheng Hong bekerja di bank selama 17 tahun tetapi tidak menabung uang di bank. Ia menggunakan bank hanya untuk kebutuhan sehari-hari karena bunga kecil dan barang-barang kebutuhan mulai naik.
"Jika ada orang yang menaruh uang di bank, nilainya akan semakin turun. Itu berarti, jika ada orang yang menabung di bank, ia membuat dirinya miskin secara pelan-pelan," tandas LKH.
Lo Kheng Hong tidak membeli obligasi karena uangnya tertahan lama bisa sampai tiga tahun, ia juga tidak membeli emas karena lebih menguntungkan membeli saham daripada membeli emas.
Lo Kheng Hong juga tidak membeli dolar meski rupiah sudah terdepresiasi sejak zaman kemerdekaan. Hal ini karena orang yang membeli dolar, itu berarti mengharapkan hal buruk terjadi pada bangsa Indonesia. Sementara orang yang berinvestasi pada saham, cenderung mengharapkan yang terbaik.
Saham yang diperjual belikan di bursa, membuka kesempatan bagi para investor bermodal kecil untuk bisa membeli perusahan. Karena dengan memiliki saham berarti ikut memiliki perusahaan tersebut. MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa halal atas pembelian investasi saham.
Lo Kheng Hong juga kembali mengingatkan agar tujuan hidup itu menjadi kaya, bukan terlihat kaya. Hidup sederhana bukan berarti tak memiliki kekayaan, tetapi memilih hidup yang sederhana adalah kebijaksanaan.
Tips dari Lo Kheng Hong sebelum membeli saham yaitu membeli apa yang kita kenali dan kenali apa yang akan kita beli.
"Jangan pernah membeli kucing dalam karung," ujar LKH.
Apa yang dapat kita lihat? Pertama, manajemen. Apakah perusahaan itu diisi oleh orang-orang yang jujur, amanah dan berintegritas? Jangan pernah membeli perusahaan dengan tata kelola yang buruk.
Jangan lihat perusahaan dari luarnya, tetapi lihat dalamnya. Bagaimana laporan keuangannya, rugi atau untung, belilah perusahaan yang labanya besar.
"Orang yang memiliki perusahaan dengan keuntungan besar, seperti memiliki mesin pencetak uang," tandas LKH.
Belilah perusahaan yang sedang bertumbuh, itu berarti setiap tahunnya keuntungan pun bertambah besar. Lalu, belilah perusahaan yang valuasinya murah.
Lebih lanjut, Lo Kheng Hong mengatakan belilah saham saat keadaan sedang buruk, semua saham harganya murah, tunggu hingga waktu membaik dan saham pun akan ikut naik. Investor yang bijak bisa menghasilkan uang bahkan saat ia tidur. Tidak bertindak adalah suatu tindakan yang bagus jika kita memiliki saham di perusahaan yang hebat.
Sampai hari ini, Lo Kheng Hong hanya menghabiskan waktu di rumah membaca laporan keuangan perusahaan, annual report, aksi-aksi korporasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: