Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tentara Amerika Mundur dari Tanah Airnya, Taliban Sorak-sorai: Kami Menang, Siap untuk Apapun

Tentara Amerika Mundur dari Tanah Airnya, Taliban Sorak-sorai: Kami Menang, Siap untuk Apapun Negosiator Taliban di Doha, Qatar. | Kredit Foto: Getty Images/AFP/Patrick Semansky
Warta Ekonomi, Kabul -

Perjalanan ke wilayah Afghanistan yang dikuasai Taliban tidak lama. Setelah sekitar 30 menit dari kota Mazari Sharif di utara, melintasi kawah-kawah besar bekas bom di pinggir jalan, kami bertemu dengan tuan rumah: Haji Hikmat, wali kota bayangan Taliban di distrik Balkh.

Mengenakan wewangian dan turban hitam, dia adalah anggota veteran kelompok militan tersebut, bergabung pada tahun 1990-an ketika mereka menguasai mayoritas Afghanistan.

Baca Juga: Murka Tolak Perundingan Damai, Taliban: Sampai Pasukan Asing Tarik Diri dari Tanah Air...

Taliban telah menyiapkan unjuk kekuatan untuk kami. Pria-pria bersenjata berat berbaris di kedua sisi jalan, salah satu dari mereka membawa pelontar granat berpeluncur roket, lainnya membawa senapan serbu M4 yang dirampas dari tentara AS. Balkh pernah menjadi salah satu daerah paling stabil di Afghanistan; sekarang, ia termasuk yang paling bergejolak.

Baryalai, seorang komandan militer lokal dengan reputasi bengis, menunjukkan jalan, "pasukan pemerintah ada di dekat pasar utama, tetapi mereka tidak bisa meninggalkan pangkalan mereka. Wilayah ini milik mujahidin".

Gambaran serupa ditemukan di sebagian besar Afghanistan: pemerintah mengontrol kota-kota, namun Taliban mengelilingi mereka, dengan kehadiran di sebagian besar pedesaan.

Kelompok militan itu menegaskan otoritas mereka melalui pos pengecekan yang terletak sporadis di jalan-jalan utama. Ketika anggota Taliban menghentikan dan menanyai mobil-mobil yang lewat, Aamir Sahib Ajmal, kepala dinas intelijen setempat, berkata kepada kami bahwa mereka sedang mencari orang-orang yang punya hubungan dengan pemerintah.

"Kami akan menangkap mereka, dan menawan mereka," ujarnya. "Kemudian kami menyerahkan mereka ke pengadilan kami dan mereka memutuskan apa yang terjadi selanjutnya."

Taliban percaya kemenangan adalah milik mereka. Duduk ditemani secangkir teh hijau, Haji Hekmat menyatakan, "kami telah menang perang dan Amerika telah kalah". Keputusan Presiden AS Joe Biden untuk menunda penarikan sisa tentara AS sampai September, yang berarti mereka akan tetap berada di negara itu setelah tenggat 1 Mei yang disepakati tahun lalu, telah memantik reaksi keras dari kepemimpinan politik Taliban. Meskipun demikian, momentum tampaknya ada di tangan para militan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: