Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alamak, Bukan Diundang! Jenderal Kudeta Myanmar Rupanya Meminta-minta Dihadirkan di KTT ASEAN

Alamak, Bukan Diundang! Jenderal Kudeta Myanmar Rupanya Meminta-minta Dihadirkan di KTT ASEAN Jenderal Senior Min Aung Hlaing berpidato di depan bangsa melalui siaran langsung televisi. | Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, London -

Pemerintah bayangan Myanmar mendesak para pemimpin negara anggota ASEAN untuk memberikan kursi selama pembicaraan tingkat tinggi pekan depan di Indonesia.

Pihak pemerintah bayangan Myanmar juga secara tegas tidak mengakui penguasa militer yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.

Baca Juga: Duh, Panglima Kudeta Myanmar Bakal Kunjungi KTT ASEAN di Jakarta?

Wakil Menteri Luar Negeri untuk pemerintah persatuan nasional (NUG) pararel Myanmar, Moe Zaw Oo mengatakan, ASEAN belum menjangkau mereka.

"Jika ASEAN ingin membantu menyelesaikan situasi Myanmar, mereka tidak akan mencapai apapun tanpa berkonsultasi dan bernegosiasi dengan NUG, yang didukung oleh rakyat dan memiliki legitimasi penuh," kata Moe Zaw seperti dikutip laman Al Jazeera, Senin (19/4).

"Penting agar dewan militer ini tidak diakui. Ini perlu ditangani dengan hati-hati," ujarnya menambahkan.

Pemimpin pemerintahan militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing diperkirakan akan bergabung dalam pertemuan puncak khusus ASEAN di Myanmar pada Sabtu pekan ini di Jakarta, Indonesia. Jika benar terjadi, ini merupakan perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sejak kudeta yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Pada Sabtu (17/4), juru bicara kementerian luar negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan, beberapa pemimpin dari 10 negara ASEAN, termasuk Min Aung Hlaing, telah mengkonfirmasi kehadiran pada pertemuan 24 April di Jakarta.

Undangan kepada orang kuat militer itu menuai cemoohan dari para aktivis yang mendesak para pemimpin asing untuk tidak secara resmi mengakui pemerintahan militer.

Dalam catatan kelompok pemantau Myanmar, aparat keamanan telah menewaskan sekurangnya 730 pengunjuk rasa pro-demokrasi dalam upaya menghentikan protes anti kudeta nasional. Sementara itu, aparat juga terus menargetkan pekerja media dengan menangkap reporter lepas Jepang Yuki Kitazumi.

Jumlah reporter yang ditangkap sejauh ini mencapai lebih dari 65. Sedangkan setidaknya 34 masih ditahan. Pihak berwenang mengumumkan pada Minggu (18/4) malam di televisi yang dikelola pemerintah, bahwa 20 selebriti lainnya dan 20 dokter lagi akan ditambahkan ke daftar surat perintah penangkapan dari 420 orang terkemuka.

Protes Berlanjut

Kerusuhan sebelumnya berlanjut di seluruh negeri pada Ahad (18/4). Para pengunjuk rasa berunjuk rasa di Mandalay, Meiktila, Magway dan Myingyan. Mereka menunjukkan dukungan untuk pemerintah persatuan nasional (NUG).

Di Palaw, selatan negara itu, para demonstran mengacungkan spanduk yang bertuliskan: "Diktator militer seharusnya tidak diizinkan untuk memerintah.

Kediktatoran akan dicabut. Dukung pemerintah persatuan nasional." Demonstran muda juga menggelar aksi sepeda motor sambil membawa bendera di Hpakant dan Sagaing.

Malam sebelumnya, terjadi bentrokan hebat di pusat kota penghasil permata, Mogok ketika pasukan keamanan menindak pengunjuk rasa. Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) memverifikasi dua kematian di Mogok.

Sebagian besar Myanmar tetap berada di bawah jam malam yang diberlakukan tak lama setelah kudeta, berlangsung dari jam 8 malam hingga jam 4 pagi setiap malam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: