Siapin Tisu! Curhat Gen Z Myanmar Bertempur untuk Pertahankan Demokrasi Negara Bikin Haru
Sejauh ini, lebih dari 720 warga sipil telah dibunuh oleh militer dan polisi dan lebih dari 3.000 orang telah ditahan. Jumlah ini termasuk banyak remaja dan anak-anak, korban termuda hanya berumur enam tahun.
Karena sebagian besar Gen Z tumbuh dengan teknologi, kami juga menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi ke seluruh negara dan dunia. Kita yang telah beralih ke ponsel dan laptop kita untuk memprotes dan berperang dikenal sebagai "pejuang keyboard".
Sebagai pejuang keyboard sendiri, setiap hari saya membaca berita tentang pengunjuk rasa Myanmar yang seusia saya menghadapi gas air mata, peluru karet, dan kadang-kadang bahkan peluru sungguhan. Setiap hari, saya membaca tentang pengunjuk rasa Gen Z yang ditangkap dan dipukuli.
Sementara itu, saya masih memiliki kemewahan untuk bisa hidup damai. Saya selalu merasa bersalah tentang mereka yang memprotes di garis depan, mempertaruhkan nyawa mereka. Setiap hari melelahkan dan melelahkan.
Tapi menyaksikan saudara laki-laki dan perempuan saya terbunuh dengan cara yang mengerikan telah membuat saya bertekad untuk mengembalikan demokrasi yang tak tergoyahkan ke negara saya.
Saat pertempuran berlanjut, kami telah bergabung dalam upaya dengan banyak cara. Para pengunjuk rasa membuat alat pertahanan buatan sendiri. Artis menggunakan bakat mereka untuk mendukung para korban dan memberontak melawan militer. Para pekerja menggunakan taktik Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar untuk menahan kerja mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: