Kisah Sukses Startup: Grab, dari Proyek Kuliah Hingga Jadi Bisnis Bernilai Miliaran Dolar
Pada 2016, Grab memindahkan kantor pusat dari Malaysia ke Singapura, membentuk tim penelitian dan pengembangan serta 1 regu operasional. Grab berambisi besar, tetapi rencana mereka harus berjalan dengan sumber daya teknik terbatas.
Untuk itu, perusahaan mesti kreatif menarik pengemudi agar dapat menjalankan bisnisĀ ride-hailing. Grab sering kali memberi sejumlah tunjangan di luar insentif. Misalnya, membagikan beras di Filipina dan mengadakan undian berhadiah ponsel guna merayu pengemudi supaya bergabung denganĀ platform.
Produk tekfin pertama perusahaan juga membidik pengemudi, di mana mereka mesti memberikan rekening bank saat mendaftar ke Grab; perusahaan akan membantu mengajukan permohonan bagi calon pengemudi yang tak punya.
Senior Managing Director Financial Group, Reuben Lai menceritakan momen di mana ia harus bernegosiasi dengan sejumlah bank di Asia Tenggara guna menanyakan apakah mereka akan mengizinkan mitra Grab membuka rekening bank dan memberi pinjaman untuk membeli mobil.
"Saya mendapat penolakan oleh hampir semua bank, sampai ada perusahaan pembiayaan di Indonesia yang mengiyakan. Kami mulai membuat sistem penilaian, pengumpulan, dan pencairan. Itulah awal mula bisnis peminjaman kami," cerita Lai.
Dari sana, Grab mendapatkan lebih banyak mitra lembaga keuangan guna menawarkan layanan baru; termasuk asuransi bagi pengemudi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: