Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Karena Alasan Ini, Obama Ikut Lantang Suarakan Anti-Rezim Militer Myanmar

Karena Alasan Ini, Obama Ikut Lantang Suarakan Anti-Rezim Militer Myanmar Panglima Junta Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing?tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (24/4/2021). Kedatangan Jenderal Min Aung Hlaing untuk menghadiri KTT ASEAN 2021di Sekretariat ASEAN, Jakarta. | Kredit Foto: Antara/Biro Pers-Rusan/hma
Warta Ekonomi, Washington -

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengaku terkejut menyaksikan kekerasan yang memilukan di Myanmar. Menurutnya para jenderal militer di negara tersebut harus bertanggung jawab atas tindakan represif dan brutal terhadap warga sipil.

"Upaya militer (Myanmar) yang tidak sah dan brutal untuk memaksakan kehendaknya setelah satu dekade kebebasan yang lebih besar jelas tidak akan pernah diterima oleh rakyat dan tidak boleh diterima oleh dunia yang lebih luas," kata Obama melalui akun Twitter pribadinya, dilansir Selasa (27/4/2021).

Baca Juga: Junta Myanmar untuk Kesekian Kalinya Batal Adili Aung San Suu Kyi karena...

Menurutnya, negara-negara tetangga Myanmar juga harus mengakui bahwa rezim pembunuh yang ditolak rakyat hanya akan membawa ketidakstabilan lebih besar, memicu krisis kemanusiaan, dan risiko negara gagal. Obama mendesak masyarakat Myanmar yang mencari masa depan demokratis terus menjalin solidaritas antarkelompok etnis serta agama.

"Ini adalah masa-masa kelam, tetapi saya tersentuh oleh persatuan, ketangguhan, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh begitu banyak orang Burma, yang menawarkan harapan untuk masa depan yang bisa dimiliki Myanmar melalui para pemimpin yang menghormati keinginan rakyat," kata Obama.

Sejak awal Februari lalu, ribuan warga di seluruh wilayah Myanmar menggelar aksi unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan militer. Namun aksi damai itu direspons secara represif dan brutal oleh aparat keamanan.

Aksi pemukulan, bahkan penembakan terhadap para demonstran terjadi di berbagai daerah di Myanmar. Lebih dari 750 orang dilaporkan telah tewas dalam demonstrasi tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: