Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ambil Barang dari China, Pejabat Ekspor-Impor Korut Langsung Dihukum Mati Kim Jong-un

Ambil Barang dari China, Pejabat Ekspor-Impor Korut Langsung Dihukum Mati Kim Jong-un Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Pyongyang, Korea Utara -

Pejabat Korea Utara (Korut) yang mengimpor fasilitas medis mudah dari China, dihukum mati oleh pemimpin Korut Kim Jong-un. 

Hukuman mati bermula dari pembangunan Rumah Sakit Pyongyang yang dituntut untuk selesai dalam waktu enam bulan. Namun setelah selesai, rumah sakit itu tak memiliki peralatan medis dasar.

Baca Juga: Membangkang, Kim Jong-un Eksekusi Mati Pejabat Korut yang Satu Ini

Dilansir dari Daily Mail pada Jumat (30/4/2021), Kim Jong-un ingin agar fasilitas itu dilengkapi dengan peralatan medis dari Eropa.

Namun, rencana alternatif dibuat dengan menggunakan peralatan dari China, dan mengimpornya dengan harga murah. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan Kim Jong-un, dan pejabat yang membuat alternatif tersebut dihukum mati.

Pejabat tersebut diketahui adalah Wakil Direktur Kementerain Luar Negeri yang bertanggung jawab atas ekspor dan impor. Seorang petinggi di Kementerian Kesehatan juga diberhentikan atas kasus ini.

Kim Jong-un lebih memercayai produk Eropa yang diyakini memiliki kualitas tinggi. Demi meluluskan keinginan Kim Jong-un, pihak partai berkuasa menyiapkan dana besar untuk melengkapi rumah sakit.

Namun sanksi Eropa terhadap Korea Utara, dan sulitnya membawa peralatan tersebut ke negara netral ketiga karena wabah Covid-19, membuat pejabat tersebut memutuskan mengimpor peralatan dari China.

Selain lebih mudah untuk didapat, peralatan medis China jelas lebih murah ketimbang Eropa.

Namun, kontrak impor tersebut telah ditandatangani sebelum Kim Jong-un menyetujui perubahan tersebut. Hal itulah yang kemudian menimbulkan kemarahan dari sang diktator

Sebelumnya, Kim Jong-un juga telah menghukum mati seorang Menteri Pendidikan di negaranya. Sang pejabat dianggap gagal membuat kemajuan terkait pendidikan jarak jauh, serta kerap mengeluh mengenai pekerjaannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: