Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Kangkangi Pertamina, Petronas Bisa Raup Untung USD7,95 Miliar Setahun

Kisah Perusahaan Raksasa: Kangkangi Pertamina, Petronas Bisa Raup Untung USD7,95 Miliar Setahun Kredit Foto: Reuters/Lim Huey Teng
Warta Ekonomi, Jakarta -

Petroliam Nasional Berhad atau biasa dikenal sebagai Petronas adalah perusahaan minyak dan gas (migas) milik pemerintah Malaysia. Badan usaha milik negara ini berada di antara perusahaan-perusahaan raksasa dunia Fortune Global 500.

Raksasa Migas milik Malaysia ini didirikan pada 17 Agustus 1974 dan sepenuhnya dimiliki dan dijalankan oleh negara. Sejak berdiri, Petronas dipercaya menjalankan tugas memproduksi hingga mengolah migas untuk rakyatnya.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Harumnya Nama Unilever Sukses Dulang Cuan Sejak Abad ke-19

Dalam catatan Fortune tahun 2020, Petronas berhasil mengumpulkan uang sebesar 58,02 miliar dolar setahun dalam pendapatannya. Namun sayang, pendapatan itu tidak tumbuh, melainkan menyusut sebesar 6,8 persen di tahun itu. Artinya peringkat perusahaan itu dalam Fortune turun dari 158 (2019) ke 186 (2020). 

Lebih lanjut, Petronas sedikit merugi di 2020. Keuntungan perusahaan tercatat minus 32,8 persen di tahun itu, sehingga laba yang sukses didapat sebesar 7,95 miliar dolar. Di sisi lain, asetnya ikut turun dari 154,07 miliar dolar menjadi 152,21 miliar dolar. 

Apakah Petronas merugi sepenuhnya, sepertinya tidak. Pasalnya jika dalam persentase rasio laba terhadap pendapatan total mencapai 13,7 persen, sedangkan rasio laba terhadap asetnya masih di angka 5,2 persen, dan yang terakhir adalah rasio keuntungan terhadap ekuitasnya masih sebesar 8,4 persen.

Menarik kiranya untuk Warta Ekonomi mengulas kisah perusahaan raksasa Petronas sebagai salah satu yang terbesar menurut Global 500. Untuk itu simak artikel selengkapnya pada Kamis (20/5/2021) seperti di bawah ini.

Sebelum negara Malaysia dimerdekakan Pemerintah Kolonial Inggris, Royal Dutch Shell pertama kali memulai ekplorasi minyak di Miri, Sarawak. Perjanjian yang ditandatangani Charles Boorke pada 1909 menandakan penggalian untuk minyak dimulai secara resmi pada 1910 di Miri.

Selanjutnya perusahaan itu menemukan minyak baru di Brunei Darussalam. Setelah momen ini terjadi, mereka memutuskan tidak lagi melakukan aktivitas pengeboran minyak di Pulau Borneo (Kalimantan).

Hingga Malaysia mendapatkan kemerdekaannya dari Pemerintah Kolonial Inggris, Royal Dutch Shell masih menjadi raksasa migas di daerah tersebut. Posisi perusahaan itu rupanya masih kuat sampai tahun 1963 karena pemerintah Malaysia menjalin hubungan baik dengannya. 

Sayangnya setelah itu Malaysia beralih ke Esso, Continental Oil, dan Mobil. Negara kemudian memberikan izin eksplorasi di negara bagian Trengganu, yang merupakan wilayah terpadat dan pusat kekuasaan pemerintah federal. 

Namun pada 1974, hanya Esso-lah yang masih bertahan di daerah itu. Karena kegigihannya, Esso menemukan gas alam pertama di tahun itu pula. Perusahaan dengan cepat menjadikan Trengganu penghasil minyak yang lebih besar dari Sarawak atau Sabah. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: