Kisah Perusahaan Raksasa: Kangkangi Pertamina, Petronas Bisa Raup Untung USD7,95 Miliar Setahun
Setelah negosiasi yang berlangsung dari 1977 hingga 1982, Petronas telah menyelesaikan kontrak dengan Tokyo Electric Power dan Tokyo Gas untuk penjualan dan pengiriman LNG hingga tahun 2003.
Malaysia memberlakukan kebijakan deplesi terhadap Petronas, Royal Dutch Shell, dan Esso sebagai upaya untuk menunda habisnya cadangan minyak. Ini kemudian diperkirakan sekitar 2,84 miliar barel.
Pada 1980, minyak dan gas sudah mewakili 24 persen ekspor Malaysia, dan pemerintah memutuskan untuk mengenakan pajak atas ekspor ini dengan tarif 25%. Kebijakan baru dan pajak baru digabungkan menyebabkan produksi dan ekspor minyak mentah Malaysia turun pada tahun 1981, untuk pertama kalinya sejak Petronas didirikan. Output naik lagi, melampaui level 1980, pada tahun berikutnya, tetapi ekspor membutuhkan waktu hingga 1984 untuk melampaui level 1980. Pada 1982 bagian Petronas-pemerintah, yang telah meningkat menjadi 80 persen, dipotong menjadi 70 persen, dan pajak atas pendapatan perusahaan juga dipotong.
Selama pertengahan hingga akhir 1990-an, eksplorasi, pengembangan, dan produksi internasional tetap menjadi komponen kunci dalam strategi Petronas bersama dengan diversifikasi. Tahun 1995, anak perusahaan didirikan untuk mengimpor, menyimpan, dan mendistribusikan gas petroleum cair (LPG). Selain itu, pabrik polyethylene perseroan di Kertih mulai beroperasi. Petronas Dagangan Bhd dan Petronas Gas Bhd, go public di Bursa Efek Kuala Lumpur di tahun yang sama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: