Kisah Perusahaan Raksasa: Kangkangi Pertamina, Petronas Bisa Raup Untung USD7,95 Miliar Setahun
Melihat keuntungan yang didapat perusahaan asing mendorong pemerintah Malaysia menyusun rencana mendirikan BUMN migas milik sendiri. Di awal 1970-an, diusulkan Rencana Lima Tahun yang diterbitkan pada 1971.
Setahun kemudian, minyak per barelnya dihargai 1,5 dolar AS, yang kemudian harganya naik menjadi 2,28 dolar AS per barel. Harga itu dipengaruhi oleh embargo minyak Organisation of Petroleum Exporting Countries (OPEC) sehingga diperparah menjadi 12 dolar AS per barel.
Pada tahun 1974, Undang-Undang Pembangunan Perminyakan diajukan di parlemen dan disetujui. Petronas didirikan pada 17 Agustus 1974. Awalnya, Exxon dan Shell menolak menyerahkan konsesi mereka dan menolak bernegosiasi dengan Petronas. Petronas kemudian memberikan pemberitahuan kepada semua perusahaan minyak asing bahwa setelah 1 April 1975, semua perusahaan minyak asing akan beroperasi secara ilegal di perairan Malaysia jika mereka tidak memulai negosiasi dengan Petronas.
Pendirian itu diperkuat oleh sikap Pemerintah Malaysia memilih untuk mendirikan perusahaan negara, daripada menggunakan pajak, batasan produksi, sewa guna usaha, atau instrumen pengawasan lain yang lazim.
Menurut rencana tahun 1971, tujuan Petronas adalah untuk menjaga kedaulatan nasional atas cadangan minyak dan gas, untuk merencanakan kebutuhan minyak dan gas nasional saat ini dan di masa depan, untuk ambil bagian dalam mendistribusikan dan memasarkan produk minyak dan petrokimia dengan harga yang wajar, untuk mendorong penyediaan pabrik, peralatan, dan layanan oleh perusahaan Malaysia, untuk memproduksi pupuk nitrogen, dan menyebarkan manfaat industri perminyakan ke seluruh negeri.
Pada 1974, mereka memesan lima kapal tanker untuk gas alam cair (LNG) oleh Malaysian International Shipping Company (MISC), yang 61 persennya dimilikinya. Ini akan membawa ekspor LNG keluar dari Malaysia, menghemat biaya menyewa kapal tanker asing, dan memperluas armada negara di bawah kendalinya sendiri
Petronas pergi ke hilir untuk pertama kalinya pada tahun 1976, ketika dipilih oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk memulai pembangunan proyek industri bersama ASEAN yang kedua, sebuah pabrik urea. Anak perusahaan, Asean Bintulu Fertilizer (ABF), berbasis di Sarawak dan sekarang mengekspor amonia dan urea ke seluruh dunia. Juga pada tahun 1976 Malaysia menjadi pengekspor minyak netto, tetapi ekspor berada pada tingkat yang sangat rendah sehingga membuat negara tersebut tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan OPEC.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: