Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mindat, Kota Kecil yang Amat Gigih Melawan Kerasnya Junta Myanmar

Mindat, Kota Kecil yang Amat Gigih Melawan Kerasnya Junta Myanmar Pangkalan militer Myanmar yang direbut etnis Karen. | Kredit Foto: Getty Images
Warta Ekonomi, Yangon -

Pekan lalu, militer Myanmar menyerbu Kota Mindat, tempat kelompok milisi lokal melakukan perlawanan gigih terhadap angkatan bersenjata.

Sebagian besar penduduk melarikan diri ke hutan, setelah militer Myanmar membombardir kota dengan mortir dan roket.

Baca Juga: Berencana Terbang ke Luar Negeri, Jurnalis Amerika Dicokok Junta Myanmar

Relawan mengatakan banyak dari mereka sekarang membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak. Mereka hanya memiliki sedikit makanan. Tempat berlindung mereka tak layak dan mereka tidak memiliki akses ke perawatan medis.

Tentara telah memblokir akses jalan ke kota dan memutus pasokan air, membuat hidup sangat sulit bagi mereka yang bertahan di kota.

"Tentara terus berpatroli dan menembak. Mereka mendobrak rumah untuk menangkap orang. Itulah sebabnya begitu banyak yang pergi," kata seorang sukarelawan.

'Perjuangan Mindat'

Pertempuran yang dilakoni penduduk Mindat - dengan populasi kurang dari 50.000 orang - telah menginspirasi pengunjuk rasa di seluruh Myanmar, yang telah mengadakan demonstrasi setiap hari di bawah slogan `Perjuangan Mindat`.

Terletak di punggung bukit, kota itu adalah salah satu dari banyak kota di Negara Bagian Chin di Myanmar barat, tempat orang-orang mulai memprotes kudeta militer 1 Februari, ketika tentara menggulingkan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang terpilih secara demokratis dengan tuduhan kecurangan pemilu.

Tentara tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Kudeta telah memicu lebih dari tiga bulan konfrontasi antara warga dan tentara.

Penduduk di Mindat mengatakan bahwa pada bulan pertama mereka bisa mengadakan aksi unjuk rasa dengan sepeda motor di sepanjang jalan yang berliku, dengan latar belakang perbukitan berhutan yang membentang ke perbatasan dengan India.

Tetapi mulai bulan Maret, seperti di bagian lain Myanmar, militer mulai menggunakan kekuatan mematikan terhadap para pengunjuk rasa.

Pada bulan April, dengan jumlah korban tewas di seluruh negeri melebihi 500 orang, para aktivis memikirkan tentang bagaimana mereka dapat melawan. Di kebanyakan tempat, hanya ada sedikit pilihan. bagus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: