Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Ambang Perpecahan, Bos ASEAN Siapkan Penerbangan untuk Temui Junta Myanmar

Di Ambang Perpecahan, Bos ASEAN Siapkan Penerbangan untuk Temui Junta Myanmar Kredit Foto: AP Photo/Aijaz Rahi
Warta Ekonomi, Yangon -

Ketua dan sekretaris jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berencana untuk melakukan perjalanan ke Myanmar minggu ini. Namun rencana itu muncul ketika blok 10 negara itu tetap terbagi tentang bagaimana menanggapi kudeta militer di sana, kata empat sumber diplomatik.

ASEAN, kelompok yang mencakup Myanmar dan memiliki kebijakan tidak mencampuri urusan anggota, telah memimpin upaya diplomatik utama untuk menyelesaikan gejolak kekerasan yang mencengkeram negara itu setelah penggulingan pemerintah yang dipilih secara demokratis empat bulan lalu.

Baca Juga: Indonesia Jadi Negara Paling Optimis di ASEAN Soal Pemulihan Ekonomi

Militer telah menahan pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan memenjarakan lawan politik di tengah tindakan keras mematikan terhadap pengunjuk rasa, yang mengakibatkan krisis pengungsi yang berkembang dan runtuhnya ekonomi.

Erywan Yusof, menteri luar negeri kedua untuk Brunei, sekaligus ketua ASEAN tahun ini, dan sekretaris jenderal blok Lim Jock Hoi yang juga dari Brunei, dijadwalkan bertemu minggu ini dengan para pemimpin junta, di antara pemangku kepentingan lainnya, sumber, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Sumber tersebut memperingatkan bahwa perjalanan bisa tertunda atau tergelincir oleh hambatan logistik dan diplomatik pada menit-menit terakhir.

Tidak jelas apakah pasangan itu berencana untuk bertemu dengan lawan junta, banyak dari mereka dipenjara atau bersembunyi. Juru bicara ASEAN dan Pemerintah Persatuan Nasional oposisi Myanmar tidak menanggapi permintaan komentar. Misi ASEAN Brunei juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Perjalanan yang direncanakan itu dilakukan lebih dari lima minggu setelah para pemimpin ASEAN mengumumkan "konsensus lima poin" untuk mengakhiri kekerasan; mempromosikan dialog; memberikan bantuan; menunjuk utusan khusus; dan mengirim delegasi yang diketuai oleh utusan ke Myanmar untuk bertemu "dengan semua pihak terkait".

Namun, utusan khusus tersebut belum ditunjuk di tengah perpecahan di ASEAN mengenai orang atau orang terbaik untuk pekerjaan itu, mandat utusan tersebut dan lamanya masa jabatan utusan tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: