Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Orang Yahudi Ultra-Ortodoks Digadang Ambil Posisi Penting dalam Ranah Kerja Israel

Orang Yahudi Ultra-Ortodoks Digadang Ambil Posisi Penting dalam Ranah Kerja Israel Kredit Foto: Rawpixel
Warta Ekonomi, Yerusalem -

Kandidat menteri keuangan baru Israel, Avigdor Lieberman akan meningkatkan jumlah orang Yahudi ultra-Ortodoks dalam angkatan kerja. Hal itu menjadi prioritas utama Liebermen untuk meningkatkan perekonian Israel.

Pada Kamis (3/6/2021), Liebermen menjelaskan bahwa dirinya akan memprioritaskan laki-laki dari Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam angkatan kerja. Saat ini, jumlah mereka hanya sekitar setengah dari angkatan kerja. Sebagian besar laki-laki Yahudi ultra-Ortodoks mengabdikan waktunya secara penuh untuk studi agama, dan bergantung pada tunjangan pemerintah serta donor.

Baca Juga: Hamas Kencang Kumandangkan Gak Akan Tunduk ke Israel Sampai...

"Kami akan melakukan segalanya untuk memberi mereka pendidikan dan memungkinkan mereka untuk belajar profesi dan berdiri di atas kaki mereka sendiri, tidak bergantung dengan amal dan semua tunjangan," kata Liebermen.

Partai Liebermen, Yisrael Beitenu dan tujuh partai lainnya mencapai kesepakatan koalisi pada Rabu (2/6/2021) malam. Kesepakatan itu dinilai dapat menyelesaikan kebuntuan politik yang berkepanjangan, dan memaksa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu turun dari jabatan yang ia duduki selama 12 tahun.

"Koalisi ini akan fokus terutama pada masalah ekonomi,” ujar Lieberman, yang merupakan mantan menteri pertahanan kepada Channel 13 Israel.

Liebermen mengatakan, salah satu tantangan utama adalah mengendalikan defisit anggaran Israel yang tidak masuk akal. Tujuan utama pemerintahan baru adalah untuk menyembuhkan ekonomi negara.

"Kami adalah negara yang tidak memiliki anggaran selama dua tahun terakhir," kata Liebermen.

Di tengah pandemi Covid-19, ekonomi Israel mengalami kontraksi 2,6 persen pada 2020. Tetapi pada tahun ini Israel mulai melihat pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.

Sementara, defisit anggaran Israel melonjak menjadi 11,6 persen pada 2020, dibandingkan pada 2019 yaitu sebesar 3,7 persen. Defisit anggaran disebabkan pengeluaran stimulus yang besar untuk membantu bisnis dan rumah tangga dalam mengatasi krisis.

"Ini mengerikan. Umumnya target defisit pemerintah adalah 2,5 persen atau 2,7 persen. Kalau melonjak dari 2,5 persen menjadi 11,6 persen, itu tidak masuk akal," ujar Liebermen.

Lieberman mengatakan, dia berencana untuk menerapkan program stabilitas ekonomi yang komprehensif. Hal ini untuk menciptakan pertumbuhan, karena Israel harus meningkatkan anggaran dan bukan defisit anggaran.

Ketika ditanya apakah Lieberman akan menaikkan pajak, dia berkata, "itu tidak efektif". Tapi dia tidak mengesampingkan pajak yang lebih tinggi sebagai bagian dari rencana yang lebih luas. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: