Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dahlan Iskan ke Jawa Pos: Ini Koran Kok Jelek Begini, Ya...

Dahlan Iskan ke Jawa Pos: Ini Koran Kok Jelek Begini, Ya... Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Karena itulah, Dahlan Iskan lebih tertarik dengan menjadi aktivis mahasiswa, dengan melakukan demo anti korupsi, dan lain sebagainya. Bahkan, Dahlan sampai merasa tak tertarik untuk kuliah, ia hanya ingin menjadi aktivis mahasiswa. Salah satunya yakni dengan bergabung menjadi anggota Ikatan Pers Mahasiswa.

"Dari pers kampus itulah saya belajar menjadi wartawan," ujar Dahlan.

Saat itu, Dahlan baru berusia 24 tahun di tahun 1974, ia kemudian direkrut oleh sebuah surat kabar kecil di Samarinda. Kemudian, ia mengikuti tes pelatihan wartawan di Jakarta. Tes tersebut diikuti oleh ribuan orang, dan nantinya hanya akan dipilih 10 orang. Dahlan Iskan pun berhasil menjadi salah satu dari 10 orang tersebut. Ia pun dididik di Jakarta, di sebuah lembaga bernama LP3ES, dengan ketuanya Nono Anwar Makarim, bapak dari Nadiem Makarim.

Setelah itu, Dahlan pun ke Surabaya menjadi wartawan majalah Tempo. Pelatihan wartawan yang didapatkan Dahlan Iskan itu sangat bagus. Saat siang, ia magang di Tempo, Jakarta, dan saat malam akan ada kelas teori jurnalistik. Setelah magang selesai selama tiga bulan, Dahlan pun diterima menjadi wartawan Tempo.

Saat itu, Dahlan setiap hari membaca koran Jawa Pos di Surabaya. Namun, ia setiap hari mengeluh kualitas koran tersebut tidak bagus.

"Ini koran kok jelek begini, ya," keluh Dahlan.

Dahlan pun berpikir jika ia diberi amanah untuk memimpin Jawa Pos, ia akan membuat Jawa Pos menjadi koran dengan kualitas yang bagus. Pikiran-pikiran itu pun berlalu-lalang selama dua tahun. Saat itu, pemilik Jawa Pos, The Chun Shen sudah tua sekali, sudah berusia 90 tahun dan memiliki tiga orang anak. Sayangnya, ketiga anaknya tinggal di luar negeri dan tidak ingin meneruskan usaha orang tuanya karena adanya pertengkaran.

Dari situ juga Dahlan Iskan membebaskan kehidupan anaknya karena ia tak ingin ada pertengkaran. Setelah itu, Jawa Pos pun dijual total oleh The Chun Shen karena akhirnya tinggal di London dengan anak-anaknya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: