Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Besarkan Merek Usai Masa Perang, Bantu LG Jadi Chaebol No. 4 Korsel

Kisah Perusahaan Raksasa: Besarkan Merek Usai Masa Perang, Bantu LG Jadi Chaebol No. 4 Korsel Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

LG Electronics Inc adalah perusahaan multinasional asal Korea Selatan yang bergerak dalam bidang elektronik. Ini adalah satu dari empat chaebol (perusahaan raksasa) di Korsel dengan penjualan secara global melebihi 50 miliar dolar AS setahun.

Berkat pamor dan nama besarnya di dunia, raksasa asal Seoul ini juga menjadi salah satu perusahaan terkaya secara global berdasar pendapatannya. Meski jadi terkaya, perjalanan LG di 2020 cukup pincang karena catatan keuangannya kurang sehat. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Sokongan Pemerintah Sukses Bawa Guangzhou Automobile Taklukkan Dunia

Sebagaimana dicatat Fortune Global 500 tahun 2020, LG sukses membukukan pendapatan 53,46 miliar dolar AS per tahun. Namun terjadi penurunan 4,1 persen dari tahun 2019 yang sempat mengantongi uang sebesar 55,75 miliar dolar AS. Posisinya di 2020 berada di nomor ke-207 dunia, padahal tahun sebelumnya, LG sempat menempati peringkat ke-185.

Yang terburuk dari catatan keuangan LG tahun 2020 adalah soal keuntungannya. LG benar-benar terpukul setelah merugi 97,6 persen dalam setahun sehingga di tahun ini perusahaan hanya mengantongi 26 juta dolar AS. Padahal di tahun sebelumnya tren positif LG cukup baik dengan mendapat keuntungan 1,12 miliar dolar AS.

Catatan keuangannya belum selesai disebutkan. Dua catatan terakhir seperti aset perusahaan tercatat di angka 38,79 miliar dolar AS. Sementara yang terakhir adalah ekuitas sahamnya yang terpantau masih memiliki nilai 12,39 miliar dolar AS dalam tahun itu.

Rupanya tahun 2020 sangat menjatuhkan para konglomerat elektronik dunia seperti salah satunya LG. Lalu bagaimana awal mula perusahaan Korsel ini berdiri hingga sukses seperti sekarang ini? Warta Ekonomi dalam artikel Jumat (25/6/2021) berikut ini akan mengulas kisahnya secara ringkas. Simak selengkapnya di bawah ini.

Kembali ke tahun 1947 ketika sebuah perusahaan bernama Lucky Company Ltd berdiri di Korea Selatan. Salah satu perusahaan konglomerat di negeri tersebut. Orang-orang di sana pada masa itu kadang-kadang dengan lidah Korea-nya menyebut Lucky dengan “Lak-Hui.” Produk perdananya adalah produk kosmetik. Itu ditandai pula dengan berdirinya laboratorium penelitian kosmetik di Changsin-dong, Seoul.

Lima tahun kemudian atau tahun 1952, Lucky meresmikan dirinya sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang plastik.  Beragam produknya adalah seperti sisir, tempat sabun, dan sebagainya yang memerhatikan ciri-ciri oriental. 

Dalam tahun-tahun selanjutnya, Lucky memproduksi pipa PVC pertama di Korsel. Mereka juga mengembangkan pelapis lantai berbahan dasar vinil.

Di sisi lain, nenek moyang LG sekarang bukan hanya perusahaan yang baru saja disebutkan di atas. Salah satunya lagi adalah perusahaan bernama Goldstar Company Ltd yang dibentuk tahun 1958. Perusahaan ini muncul sebagai salah satu korporasi terdaftar di negara itu yang mengambil ranah mesin-mesin elektrik (electrical machinery).

Produk pertamanya muncul di bulan November tahun yang sama yakni sebuah radio diberi nama A-501. Dua tahun berselang, radionya kian kompatibel dengan memproduksi barang dengan 6 transistor, 4 tabung. Sementara itu, Goldstar memproduksi kipas angin berukuran 12 inci.

Perusahaan-perusahaan yang didirikan itu muncul selepas Perang Korea. Tujuannya yang pasti adalah menyediakan produk di tengah negara yang sedang membangun kembali elektronik konsumen dan peralatan rumah tangga.

Dua perusahaan tersebut di atas, khususnya Goldstar pada gilirannya memproduksi televisi, lemari es, mesin cuci dan pendingin ruangan atau AC. Dalam dekade berikutnya, Lucky dan Goldstar akan bergabung menjadi satu perusahaan terintegrasi.

Namun sebelumnya, dalam dekade 1970-an, pendahulu LG menghasilkan 100 juta dolar AS pertama dalam pendapatannya melalui ekspor. Pertumbuhan yang cepat berkat globalisasi dilihat oleh perusahaan sebagai salah satu langkah untuk membangun pasar di luar negeri. Mereka membuka bisnisnya di Amerika Serikat tahun 1982. 

Sementara itu tahun 1994, Goldstar secara resmi mengadopsi logo perusahaan LG yang ada sekarang menjadi miliknya. Selepas itu, setahun kemudian, Goldstar dan Lucky menggabungkan diri menjadi satu entitas baru.

Lucky dan Goldstar pada gilirannya mantap menggunakan nama LG. Terutama karena mereka mulai mengembangkan bisnis di wilayah Barat. LG kemudian mendapatkan perusahaan TV asal AS, Zenith di tahun 1995. 

Masih di tahun yang sama, LG membuat handset mobile digital CDMA pertama di dunia dan memasok Ameritech dan GTE di AS, ponsel digital LGC-330W. Perusahaan ini juga dianugerahi sertifikasi UL di AS. 

Pada tahun 1998, LG mengembangkan TV plasma 60 inci pertama di dunia dan mendirikan usaha patungan pada tahun 1999 dengan Philips – LG.Philips LCD – yang sekarang dikenal dengan nama LG Display. Pada tahun 1999, LG Semiconductor bergabung dengan Hynix

Memasuki milenium baru, LG membawa sebuah gebrakan. Untuk membentuk sebuah perusahaan induk, LG yang lama dipecah pada tahun 2002, dengan LG "baru" dipisahkan dan LG "lama" berubah nama menjadi LG EI. Itu kemudian digabung dengan dan menjadi LG CI pada tahun 2003 (penerus LG Chem), sehingga perusahaan yang dimulai sebagai GoldStar saat ini tidak ada.

LG Electronics memainkan peran besar dalam industri elektronik konsumen global. Itu adalah produsen TV LCD terbesar kedua di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2005, LG adalah merek global Top 100 dan mencatat pertumbuhan merek sebesar 14 persen pada tahun 2006.

Sementara itu, pada 2009, afiliasi manufaktur layarnya, LG Display, adalah produsen panel LCD terbesar di dunia.  Tahun 2010, LG Electronics memasuki industri smartphone. LG Electronics sejak itu terus mengembangkan berbagai produk elektronik, seperti merilis TV ultra-HD 84 inci pertama di dunia untuk penjualan eceran.

Koo Bon-joon, yang merupakan CEO dan wakil ketua LG Electronics saat ini, digantikan oleh keponakannya Koo Kwang-mo pada Juli 2018 sebagai CEO dan wakil ketua. Langkah itu dilakukan setelah suksesi Koo Kwang-mo sebagai ketua perusahaan induk LG Corporation yang menggantikan ayah angkat dan pamannya Koo Bon-moo setelah Bon-moo meninggal karena tumor otak pada 20 Mei 2018.

LG mengumumkan pada November 2018 bahwa Hwang Jeong-hwan, yang menjabat sebagai presiden LG Mobile Communications pada Oktober 2017, akan digantikan oleh Brian Kwon, yang merupakan kepala bisnis hiburan rumahan LG yang sangat menguntungkan, mulai 1 Desember 2018.

Pada 5 April 2021, LG mengumumkan penarikannya dari industri manufaktur ponsel setelah terus-menerus kehilangan pasar. Pada tahun 2020, LG menghadapi kerugian sebesar 5 triliun won (4,4 miliar dolar AS).

LG Electronics kian mantap menjadi bagian dari chaebol terbesar keempat di Korsel, yang mencatatkan penjualan globalnya mencapai 55,91 miliar dolar AS. Perusahaan ini memiliki 128 operasi di seluruh dunia, mempekerjakan 83.000 orang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: