Kisah Perusahaan Raksasa: Bayer, Konglomerat Industri Kimia dan Farmasi Dunia tapi Penuh Kontroversi
IG Farben, perusahaan induk Bayer, menggunakan tenaga kerja budak di pabrik-pabrik yang dibangunnya di kamp konsentrasi Nazi, terutama di kamp konsentrasi Monowitz (dikenal sebagai Auschwitz III), bagian dari kompleks kamp Auschwitz di Polandia yang diduduki Jerman.
Pada tahun 1943, hampir setengah dari 330.000 tenaga kerja IG Farben terdiri dari tenaga kerja budak atau wajib militer, termasuk 30.000 tahanan Auschwitz. Helmuth Vetter, seorang dokter kamp Auschwitz, kapten SS dan karyawan kelompok Bayer dalam IG Farben melakukan eksperimen medis pada narapidana di Auschwitz dan di kamp konsentrasi Mauthausen.
Seorang karyawan Bayer menulis kepada Rudolf Höss, komandan Auschwitz: "Pengangkutan 150 wanita tiba dalam kondisi baik. Namun, kami tidak dapat memperoleh hasil yang meyakinkan karena mereka meninggal selama percobaan. Kami dengan hormat meminta Anda mengirimkan kelompok lain kepada kami. perempuan dengan jumlah yang sama dan dengan harga yang sama."
IG Farben beroperasi di bawah pengawasan Sekutu dari 1947 hingga 1951 ketika organisasi tersebut dibubarkan demi kepentingan 'perdamaian dan demokrasi'. Fritz ter Meer, seorang direktur IG Farben dan anggota Partai Nazi yang mengarahkan operasi di pabrik IG Farben di Auschwitz, dijatuhi hukuman pada tahun 1948 hingga tujuh tahun untuk kejahatan perang selama Pengadilan IG Farben di Nuremberg.
Dalam lima tahun pertama kemerdekaannya dari IG Farben, Bayer berkonsentrasi pada penggantian peralatan usang dan memasok kebutuhan bahan kimia Jerman. Pada 1957, Bayer telah mengembangkan insektisida dan serat baru, serta bahan baku dan plastik baru. Ketangguhan Bayer dalam memulihkan diri dari perang mengesankan investor AS, yang memegang 12 persen saham perusahaan.
Selama akhir 1950-an, Bayer mulai berekspansi ke luar negeri dan pada 1962 memproduksi bahan kimia di delapan negara, termasuk India dan Pakistan. Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan di luar negeri adalah 'pemrosesan tahap akhir'. Itu artinya bahan aktif dikirim dari Jerman dan dicampur dengan bahan inert yang diperoleh secara lokal yang akan mahal untuk diangkut ke luar negeri.
Pengaturan pemrosesan tahap akhir memungkinkan Bayer untuk memproduksi produk, sebagian besar bahan kimia pertanian dan obat-obatan, di negara berkembang dengan lebih menguntungkan.
Pada tahun 1954, Bayer dan Monsanto membentuk perusahaan kimia yang dikenal sebagai Mobay untuk memproduksi plastik rekayasa dan zat warna. Karena Bayer tidak memiliki dana yang cukup untuk membangun pabrik di AS, Bayer menyediakan keahlian teknis sementara Monsanto menyediakan sumber daya keuangan.
Menyadari bahwa Jerman Barat hanya menawarkan kesempatan terbatas untuk pertumbuhan, Bayer bekerja untuk mengembangkan produk untuk pasar kimia AS, dengan menekankan produk bernilai tambah yang dipatenkan oleh Bayer, termasuk pestisida, poliuretan, bahan pewarna, dan plastik rekayasa. Selama periode ini Bayer mengkonsolidasikan dan perlahan-lahan memperluas operasi internasionalnya, terutama di AS.
Secara keseluruhan, tahun 1960-an merupakan dekade yang baik bagi Bayer karena produksi dalam negeri meningkat 350 persen sementara produksi luar negeri meningkat 700 persen.
Pada awal 1970-an, Bayer mulai meningkatkan investasinya yang sudah substansial di AS. Antara tahun 1973 dan 1977, investasinya meningkat dari 300 dolar AS menjadi 500 juta dolar, yang digunakan untuk memperluas kapasitas produksi dan mengembangkan lini produknya. Itu meliputi produk pewarna, obat-obatan, plastik, dan karet sintetis.
Pada tahun 1974, Bayer membeli Cutter Laboratories, produsen produk nutrisi dan obat-obatan etis, yang mengalami kesulitan keuangan hingga tahun 1977. Kemudian, Allied Chemical menjual divisi pigmen organiknya ke Bayer. Tahun berikutnya Bayer membeli Miles Laboratories, produsen antasida Alka-Seltzer dan vitamin Flintstones.
Biaya energi dan tenaga kerja yang lebih rendah membuat AS semakin menarik bagi Bayer. Kepemilikan AS juga meredam efek negatif dari tanda deutsche yang kuat pada impor ke AS. Pada pertengahan 1970-an, 65 persen penjualan Bayer berasal dari luar Jerman, sehingga penting bagi Bayer untuk melindungi diri dari fluktuasi mata uang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: