WE Online, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada empat sektor yang dibiayai oleh perbankan, yakni konstruksi, pertambangan, perdagangan, dan jasa sosial, masih relatif tinggi.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan tingginya NPL pada keempat sektor tersebut disebabkan sejumlah faktor, yakni kondisi ekonomi global, stabilitas ekonomi di dalam negeri, serta masalah likuiditas.
"Banyak dikatakan pemburukan ini kan bisa ada beberapa faktor dan ini membuat cashflow dari perusahaan-perusahaan itu terganggu," ujar Halim saat ditemui usai raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (16/9/2014).
Berdasarkan data BI per Juli 2014, NPL sektor konstruksi tercatat sebesar 4,43 persen atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,24 persen. Sedangkan, pada sektor pertambangan NPL tercatat sebesar 3,09 persen atau naik dari bulan sebelumnya 2,49 persen. Untuk sektor perdagangan, NPL tercatat 3,06 persen dari 2,92 persen.
Sementara itu, NPL jasa sosial tercatat 2,96 persen naik dari 2,48 persen pada bulan sebelumnya. Khusus untuk likuiditas, jika pada semester II-2014 likuiditas perbankan membaik maka hal tersebut akan berdampak positif pada NPL dari keempat sektor itu.
"Dugaan kami empat sektor ini juga ikut membaik (apabila likuiditas membaik), dugaan kami begitu. Kecuali untuk beberapa sub-sub sektor tertentu yang mungkin agak lama membaiknya," ujar Halim.
Ketahanan industri perbankan sendiri tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada Juli 2014 rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,18 persen atau jauh di atas ketentuan minimum 8,0 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,0 persen.
Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat menjadi 15 persen (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 16,6 persen (yoy) sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian. Kondisi likuiditas baik dalam perekonomian maupun perbankan relatif terjaga. Hal itu tercermin pada pertumbuhan M2 dan dana pihak ketiga (DPK) yang masing-masing mencapai 11 persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy) pada Juli 2014 serta menurunnya suku bunga pasar uang akibat masuknya uang kartal ke sistem perbankan.
BI memperkirakan ke depan kondisi likuiditas perbankan diprakirakan akan tetap memadai seiring dengan mulai ekspansinya keuangan pemerintah dalam paruh kedua tahun 2014. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement