Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hari Ini PPKM Level 4 Berakhir, Kasus Aktif Menurun, Tapi Kematiannya...

Hari Ini PPKM Level 4 Berakhir, Kasus Aktif Menurun, Tapi Kematiannya... Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hari ini, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 akan berakhir. Jumlah kasus aktif Covid-19 mulai turun. Namun, kasus kematian masih meroket.

Sejatinya, PPKM berakhir pada Selasa (20/7) lalu. Namun, pemerintah memperpanjang hingga lima hari sampai Minggu (25/7) karena kasus aktif Corona masih cukup tinggi. Namanya berubah bukan darurat lagi. Tapi, PPKM Level 4.

Baca Juga: Ternyata!! Tidak Ada Demo Tolak PPKM, Video di Medsos Hoaks!

Apakah PPKM akan dilonggarkan? Presiden Jokowi sendiri berjanji akan melonggarkan jika kasusnya sudan turun. Karena itu, dia meminta, masyarakat untuk tetap jaga protokol kesehatan.

Sejak diberlakukan PPKM Darurat, kasus positif Corona memang mulai menurun dalam tujuh hari belakangan. Pada Jumat (15/7), kasus positif tembus lebih dari 50.000 kasus. Jumlah tersebut kemudian menyusut di Rabu (21/7) menjadi 33.772 atau turun sebesar 40 persen.

Keesokannya terjadi kenaikan lagi menjadi 49.509 kasus. Namun setelahnya hingga kemarin kasus harian selalu turun. Tingkat penurunannya dari 49.509 kasus menjadi 49.071, dan terakhir turun menjadi 45.416 kasus.

Namun, sayangnya jumlah kasus kematian malah meroket. Kemarin, jumlah kasus kematian bertambah 1.415 orang. Sehingga totalnya menjadi 82.013 kasus. Sehari sebelumnya, jumlah kematian juga bertambah 1.566 kasus.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan membenarkan, jika tren Corona mengalami penurunan. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Menurut dia, sebagian besar wilayah telah melewati puncak kasus dan mulai mengarah menurun. Namun, dirinya mengkhawatirkan tingginya angka kematian akibat Covid-19 yang masih tinggi.

“Terkait Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, saya minta buatkan laporan khusus penyebab tingginya angka kematian. Berikan juga usulan upaya untuk menurunkan angka kematian tersebut,” kata Luhut.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, kenaikan angka kematian yang cukup tinggi ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya yakni terlambatnya penanganan terhadap pasien di rumah sakit. Pun, karena usia lanjut dan penyakit komorbid yang diderita pasien

Untuk menekannya, Wiku menyebut pemerintah akan terus meningkatkan upaya testing, tracing, treatment (3T), sehingga dapat menangani pasien dengan kasus positif secara dini. Pemerintah juga akan menambah kapasitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan peluang kesembuhan para pasien. “Dengan demikian peluang kesembuhannya tinggi,” bebernya.

Sementara, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, pemerintah harus mengkaji lebih mendalam jika mau melonggarkan PPKM. Alasannya kasus Corona masih tinggi meskipun menurun. Begitu juga kasus kematian.

“Kalau nanti, hari ini kondisi seperti ini tidak diperpanjang lagi, rumah sakit penuh,” tegas Ganjar dalam diskusi virtual, kemarin.

Untuk menentukan apakah PPKM di satu wilayah harus diperpanjang atau tidak, ada beberapa hal yang harus diamati. Misalnya, bagaimana hasil pembatasan mobilitas yang dilakukan, diikuti kepatuhan masyarakatnya dalam menerapkan prokes.

Hal senada dikatakan Epidemiolog Universitas Indonesia, Ede Darmawan. Dia menolak PPKM dilonggarkan. Karena jumlah kasus masih tinggi, sedangkan tracing rendah. “Tidak cocok pelonggaran. Tracing rendah, faskes belum bagus, dan kematian masih tinggi, tertinggi di dunia,” tukas Ede kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Dia menyarankan, pemerintah mengedepankan keselamatan nyawa manusia. Sebab menahan kasus itu harus ditegakan dari hulu. “Kalau mengarah kepada aktivitas normal atau mengurangi risiko ekonomi, kita mesti siap-siap memperkuat terhindar dari penularan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan riset mingguannya menyatakan situasi penularan Corona di Indonesia sangat tinggi. Sehingga WHO masih menyarankan pembatasan ketat dilakukan untuk membendung tingginya tingkat penularan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: